Mencari damai…

Life for Peace, merupakan slogan-slogan yang sering didengar tetapi pertentangan, perpecahan, permusuhan masih sering terjadi. bahkan akhir-akhir ini intensitas permusuhan antar suku, agama, ras bahkan pribadi semakin tinggi. Indonesia sebagai negara yang pluralis sangat rentan terhadap perpecahan, permusuhan dibalas dengan permusuhan atau dapat dianalogikan sebagai gigi ganti gigi. Perdamaian dapat didefinisikan sebagai suatu situasi adanya keharmonisan, saling pengertian antar pribadi (toleran) dan pribadi yang lain dianggap sebagai pribadinya sendiri. Ditengah tatanan sosial yang pluralis dan mudah terluka saat ini, patutlah rasa damai diciptakan.

Perdamaian menjadi sesuatu yang mahal ditengah permusuhan, karena secara individu sebenarnya manusia telah jauh dari keaslian dirinya. karena keaslian diri manusia sebenarnya adalah hidup dalam perdamaian dan keharmonisan dengan dirinya sendiri, sesama maupun Allahnya.
Hal ini dapat dilihat ketika manusia menjalin relasi yang membangun, mempersatukan, menghargai, tidak menghina orang lain, maka yang muncul adalah rasa senang dan bahagia. Sebaliknya apabila manusia menciptakan permusuhan dengan sesama,  maka yang muncul adalah rasa dendam, dengki, iri karena hal ini sebenarnya bukan sifat keaslian manusia. Karena hal tersebut merupakan syarat bahwa manusia harus kembali kepada keaslian jati dirinya yaitu secitra dengan Allahnya, didalam kitab suci manapun tidak akan pernah mengajari manusia untuk menciptakan permusuhan.

Mewujudkan perdamaian bukan sesuatu yang tidak mungkin, karena setiap manusia sebenarnya memiliki kemampuan untuk menjadi agen-agen perdamaian di tengah komunitasnya. Adapun komunitas yang dimaksud dapat merupakan komunitas keluarga, lingkungan, wilayah maupun meluas hingga bernegara.
Harus juga diingat bahwa manusia diciptakan Allah baik adanya, disebut baik karena manusia secitra dengan Allah. Dengan demikian manusia diajak untuk membumikan kebaikan Allah yang ada didalam dirinya secara khusus untuk mewujudkan perdamaian.

Damai dihati damai dibumi damai untuk semua

Posted in Quality of Life | Tagged | Leave a comment

Membangun karakter bagi newbie dalam organisasi

Newbie adalah istilah slang untuk pendatang baru, seorang pemula, karyawan baru atau remaja yang akan memasuki masa dewasa. Pada masa orientasi karyawan atau peralihan dari remaja ke dewasa ini merupakan sebuah titik kritis, seperti halnya kepompong yang akan menjadi kupu-kupu.
Douglas McGregor telah mengemukakan teori perilaku X dan Y,  untuk kriteria individu yang memiliki tipe  X adalah individu dengan sifat yang tidak akan bekerja tanpa perintah, sebaliknya individu yang memiliki tipe  Y akan bekerja dengan sendirinya tanpa perintah atau minim pengawasan. Individu yang memiliki tipe teori Y cenderung memiliki tingkat otonomi yang tinggi.

Dalam hal ini membangun karakter bagi individu baru pada masa orientasi atau masa perlaihan ini ibarat menyuntikkan serum perilaku “tipe Y”. Proses ini penting untuk membentuk kepribadian yang searah dengan nilai-nilai organisasi, misal kepribadian yang loving, mandiri, care dan peka terhadap sesama.

Apa itu karakter?
Karakter adalah sebuah ciri yang sangat spesifik dalam diri individu dan secara signifikan akan nampak berbeda dari pada individu lain. Jika karakternya menonjol maka dapat dikatakan individu tersebut memiliki karakter yang kuat, sedangkan jika memiliki karakter yang biasa-biasa maka dapat dikatan individu tersebut memiliki karakter yang lemah. Karakter dapat dibentuk dengan media atau sarana yang membuat individu berproses untuk membentuk kepribadian yang menonjol, kuat dan bagus. Selain individu sebenarnya organisasi juga memiliki karakter, karena organisasi merupakan a collection of people, sehingga organisasi juga mempunyai ciri yang sangat spesifik bila dibandingkan dengan organisasi lain.

Karakter yang diharapkan organisasi
Newbie didalam suatu organisasi diharapkan memiliki kemampuan adaptif yang baik, dan pada masa ini organisasi harus mampu melakukan internal integration agar  individu baru ini dapat searah dengan nilai-nilai dasar (basic underlying assumptions) yang dimiliki organisasi. Karakter yang diharapkan organisasi pada umumnya adalah: individu baru dapat tumbuh sebagai pribadi sesuai dengan nilai-nilai dasar organisasi, seperti antara lain: pribadi yang loving, jujur, mencintai, mengasihi, memiliki afeksi, mandiri, berani, never give up, pembelajar, selalu bersyukur dan care terhadap orang lain.

Model pendidikan yang dapat diterapkan
Selain model pendidikan klassikal, dapat juga menggunakan model pendidikan edu-enviromental (alam). Karena alam merupakan salah satu sarana atau media yang sangat bagus untuk mencetak kemandirian dan leadership. Para individu baru tersebut akan belajar untuk survive, menghilangkan ego, team work dan lainnya. Tantangan alam secara alamiah akan membentuk sikap mental seseorang menjadi berjiwa tangguh seperti halnya kegiatan alam bebas yang sangat menantang, antara lain: perjalanan ekspedisi (hikking), pencarian rute (tracking), hingga climbing. Didalam kegiatan ini secara tidaklangsung juga belajar mengenai lingkungan hidup, budaya, baik itu budaya setempat(tempat kegiatan alam dilakukan) maupun budaya organisasi. Pada sesi kegiatan alam ini dapat dilakukan  internal integration terhadap nilai-nilai dasar (basic underlying assumptions) organisasi. Melalui alam dan belajar mengenai budaya akan dapat memperkuat karakterdan membentuk seseorang, dan diharapkan karakter ini dapat searah dengan nilai-nilai dasar organisasi dimana individu tersebut berada.
Sehingga organisasi memiliki individu mememiliki nilai-nilai dasar organisasi yang sama dengan karakter kuat dan secara tidak langsung akan menjadi ciri dari organisasi yang membedakan dengan organisasi lain (artifact).

be human

Posted in Management | Tagged , , | Leave a comment