Category Archives: Humaniora

BeYODe

Menggunakan Perangkat Sendiri Untuk Bekerja

Erwin Sutomo | STIKOM Surabaya | sutomo@dinamika.ac.id | blog.dinamika.ac.id/erwin

Beberapa waktu lalu saat menyelesaikan beberapa kegiatan di Yogyakarta, saya sempatkan mengakses pekerjaan di kantor melalui gadget yang saya gunakan. Ada perasaan nyaman dan praktis yang saya rasakan, bisa akses kantor dari manapun pikir saya saat itu. Ternyata telah banyak orang melakukan hal yang sama dengan saya, tidak terkecuali mahasiswa yang mengakses “kampus” dari perangkat bergerak mereka. Saya dan orang lain yang mengakses workplace masing-masing (buat saya pribadi) menjadi sebuah tren bergesernya perilaku bahkan mungkin sudah menjadi gaya hidup untuk bisa bekerja dimanapun.

Sapi dan Kehormatan Lelaki

Sebuah artikel menarik, yang barangkali terkait dengan ego seorang laki-laki :D, tapi kalo yang ini sebenarnya terkait tradisi. Hanya karena sapi, seorang laki-laki rela “berpisah” dengan istrinya :D. Selengkapnya bisa dibaca artikel berikut ini yang saya dapatkan dari Kompas.

Di kandang-kandang yang terasing, sapi-sapi istimewa dipelihara secara istimewa pula. Mereka dilayani dan dijaga laksana raja. Ketika waktunya tiba, sapi-sapi itu disembelih demi mengangkat kehormatan laki-laki di mata istri.

Kalau kau ingin …

Kalau kau ingin bahagia 1 jam, tidur sajalah,
Kalau kau ingin bahagia 1 hari, pergilah memancing,
Kalau kau ingin bahagia 1 minggu, habiskan tabunganmu,
Kalau kau ingin bahagia 1 bulan, KAWIN-lah,
Kalau kau ingin bahagia 1 tahun, mintalah warisan dibagikan,

Tapi kalau kau ingin bahagia selamanya, gimana ?
Cintailah Pekerjaanmu !

Makin tak Bebas di Media Sosial?

Judul tulisan ini merujuk ke judul yang sama disini, seorang teman lama yang lama tidak saya kunjungi :). Ada satu tulisan yang juga masih terkait dengan tulisan saya yang ini. Tidak persis sama, tapi isinya masih saja tentang media sosial yang membuat alergi sebagian orang tapi juga kebanggaan bagi yang lain. Ada kutipan menarik dari posting teman saya tersebut …

Penggunaan media sosial tidak bisa bebas karena itu adalah sebuah dunia terbuka. Sebagai jalan raya, media sosial dilalui oleh banyak orang. Sebagai taman terbuka, media sosial tak hanya diisi oleh mereka yang bersenam pagi dan meditasi tetapi juga para penyuka egrang dan papan luncur beroda. Mengurangi gesekan, apalagi tabrakan yang melukai, menjadi kepentingan bersama.

Agar saya tidak kehilangan tautan menarik ini, makanya saya posting ulang tulisan teman lama saya disini (meskipun tanpa memberitahu yang bersangkutan) :mrgreen:

The Algorithm Method: Love in the Social Media Age

Saat menulis tulisan ini, sempat kaget juga bahwa media sosial bisa menjadi tempat percintaan di era digital :). Lebih terkejut lagi saat membaca artikel kompas female, yang menyatakan bahwa perempuan lebih pintar selingkuh. Judul tulisan ini sebenarnya sebuah acara diskusi yang diselenggarakan oleh Forbes pada 12 Maret lalu, yang isinya disadur oleh Kompas.

Kebiasaan baik di rumah (harus) dibawa ke ruang publik

Tidak jarang kita mendapati toilet di pusat perbelanjaan, pasar, pom bensin, kampus, atau fasilitas publik lainnya kotor dan bau. Selain toilet, lingkungan di sekitar kita tidak jarang juga terlihat bekas bungkus makanan terbuang, puntung rokok, atau kotoran lainnya yang dibuang tidak pada tempatnya. Tapi coba kita bandingkan dengan di rumah masing-masing, kondisinya relatif lebih bersih. Kamar mandi tidak akan se-kotor dan se-bau seperti di tempat umum, di lantai rumah tidak ada sampah berserakan, kecuali mungkin masalah penataan saja yang membuat terlihat berantakan.

Your Passion …

Saat melihat dan membaca buku laporan kerja praktek (KP) beberapa mahasiswa, secara sengaja saya membuka halaman motivasi (yang berisi kata-kata mutiara ataupun kalimat motivasi) dan persembahan. Secara khusus saya mencermati halaman motivasi (entah apa nama sebenarnya 🙂 ), dari beberapa buku tersebut seluruh kalimat yang ada pada halaman motivasi saya tanyakan kepada empunya. Ternyata banyak jawaban yang tidak saya duga sebelumnya, mahasiswa tersebut ternyata memiliki passion bagi dirinya sendiri. Sebuah kenyataan yang membuat saya begitu bangga, bahkan sempat membuat saya merasa “kecil” ketika berhadapan dengan seorang mahasiswa yang membubuhkan sebuah kalimat motivasi yang dia tulis sendiri.

Skip to toolbar