LATAR BELAKANG MASALAH
China dan Teknologi Informasi
Teknologi Informasi telah membuka mata dunia akan sebuah dunia baru, interaksi baru, market place baru dan sebuah jaringan bisnis yang tanpa batas. Perkembangan Teknologi Informasi telah mengubah pola interaksi masyarakat yang mencakup interaksi bisnis, ekonomi, sosial dan budaya. Perkembangan ini juga berdampak pada munculnya konsep bisnis baru seperti Business to Business (B2B), Business to Customer (B2C), Government to Customer (G2C), Government to Goverment (G2G) serta Government to Business (G2B). (Prayitno, 2001). Sejak abad 21 peranan Teknologi Informasi telah berkembang pesat diseluruh dunia termasuk China.
Republik Rakyat China (RRC), siapa yang tidak mengenal negara besar ini. Terletak di benua asia dengan penduduk lebih dari 1.3 milyard jiwa dengan luas wilayah 9.640.821 km² adalah suatu negara yang sangat besar dan luas, serta ketiga terluas didunia setalah Rusia dan Kanada.
Sampai saat ini idelogi dari negara China ini adalah komunis, akan tetapi sebagian besar sektor ekonomi republik ini telah diswastakan sejak tiga dasawarsa yang lalu.
China saat ini dianggap sebagai negara yang memiliki pangsa pasar yang sangat potensial karena selain jumlah penduduknya yang banyak juga karena peningkatan perekonomian negera ini juga cukup baik. Sehingga banyak perusahaan-perusahaan asing ingin masuk kenegara ini untuk berinvestasi. Tidak hanya tingkat perekonomian yang meningkat, akan tetapi juga tingkat pendidikan juga mengalami perkembangan yang baik, hal ini dibuktikan dengan bermunculannya universitas-universitas yang memiliki nama besar di negara tirai bambu ini. Bukan ini saja secara umum masyarakat China pun ternyata juga telah melek teknologi.
Google masuk ke China
China memiliki pasar internet terbesar dengan 384 juta warga yang online atau baru sekitar 10% dari 1,3 milyar penduduknya yang menggunakan internet, dan perkembangan pengguna internet mereka berkembang sebanyak 20%, 18%, dan 34% untuk tahun 2005, 2004, dan 2003 secara berurutan (Worsfold, 2006).
Google yang saat ini merupakan perusahaan mesin pencari (search engine) terbesar, rupanya juga tertarik dengan kondisi pasar yang ada di China. Sebelum Google meluncurkan Google.cn, Google sebenarnya telah masuk ke China sejak 1999, dengan domain Google.com yang merupakan kondisi asli Google (masih menggunakan bahasa Inggris).
Berdasarkan data pada tahun 2002, Google.com memiliki pangsa pasar sebesar 25% di China dengan pengguna terbesar adalah orang-orang China yang pro-barat (Thompson, 2006). Namun pada tahun tersebut pemerintah China telah memblokir akses terhadap situs Google.com dan setelah beberapa minggu kemudian, situs ini kembali dapat diakses namun terdapat sensor yang ketat dari pemerintah, sehingga membuat performa situs pencarian ini menjadi sangat lambat. Untuk mengatasi hal tersebut Google dihadapkan pada dua pilihan, yaitu:
- Tetap bertahan melakukan pengoperasian Google dari luar negeri dengan konsekuensi operasional yang lambat atau
- Membuka cabang di China dengan memindahkan server ke China, yang akan meningkatkan kecepatan akses Google di China, namun harus patuh dengan peraturan hukum di China.
Dan akhirnya Google memasuki pasar China secara resmi pada Januari 2006 dengan meluncurkan Google.cn. dengan terlebih dahulu menandatangani persetujuan tentang pembatasan konten. Dimana di negara China agar suatu perusahaan dapat diijinkan untuk menyediakan layanan informasi internet, perusahaan tersebut harus menandatangani perjanjian yang menyetujui untuk tidak memberikan berita dalam beberapa subyek, termasuk materi yang “merusak kehormatan atau kepentingan negara” atau “mengganggu kepentingan umum atau menghancurkan stabilitas umum” atau bahkan “merusak kebudayaan dan perilaku nasional” (Thompson, 2006).
Persetujuan ini sebenarnya bertentangan dengan bisnis Google sendiri sebagai perusahaan mesin pencari yang independen. Adapun pembatasan konten yang dimaksudkan disini adalah konten yang berisi informasi tentang subversi maupun pornografi, termasuk situs internet asing yang dibuat olah aktivis hak asasi manusia dan pro-demokrasi.
Hal pembatasan konten yang ditetapkan oleh China, rupanya membuat Google merasa bisnis mereka berjalan tidak sebagaimana mestinya. Permintaan Google agar Google.cn dapat beroperasi secara independen tanpa harus mensensor hasil pencariannya berjalan alot. Pemerintah China rupanya tidak main-main dengan penerapan sensor internet di negeri-nya. Melalui Menteri Industri dan Teknologi Informasi Li Yizhong, Pemerintah China menegaskan Google harus patuh dan mengikuti undang-undang yang diterapkan. Jika tidak, Google harus siap membayar berbagai konsekuensi yang akan dikenakan terkait masalah sensor dan hacking. (metrotvnews.com, 2010). China beralasan perlu menerapkan sensor untuk melindungi kepentingan negara dan rakyat China, dan Pemerintah China juga tidak akan mentolerir berbagai informasi yang dapat merusak stabilitas masyarakat China.
Google keluar dari China
Setelah perdebatan panjang serta kesepakatan yang tak kunjung terjadi, akhirnya Google resmi untuk ‘keluar’ dari China pada tanggal 22 Maret 2010. Tapi sebenarnya Google tidak benar-benar hengkang dari China Google tetap mempertahankan R&D dan sales teamnya. Alasan Google untuk keluar dari China adalah karena Google.cn telah menjadi korban cyber attack yang dilakukan oleh pemerintah China. Google memiliki bukti atas penyerangan ini, yang dikombinasikan dengan usaha pemerintah China untuk terus membatasi hak berbicara dengan bebas di website, dengan cara melakukan blokir terhadap website-website lain. Akhirnya membawa Google kepada kesimpulan bahwa mereka tidak lagi dapat meneruskan Google.cn yang sarat dengan penyensoran China. (Drummond, 2010)
Kini Google telah mengalihkan akses dari Google.cn (China) ke Google.com.hk (Hong Kong), dimana tidak ada sensor dari China, termasuk layanan Google yang lain seperti Google Search, Google News dan Google Images. Langkah ini sebenarnya merupakan solusi yang diterapkan Google agar user China tetap bisa mengakses Google tanpa ada sensor dan tetap legal.
Dalam hal ini Google sebenarnya tidak mau kehilangan pangsa pasar di China, meski pangsa pasar di China kecil tapi diluar itu pertumbuhan pengguna internet serta perilaku sosial media di China tetap tinggi.
KAJIAN TEORI
Teori Hubungan antara Bisnis dengan Masyarakat
Permasalahan dalam sebuah perusahaan pada akhirnya akan bermuara pada pertanyaan: siapa yang paling penting pemegang saham (shareholders) atau pemegang kepentingan (stakeholders) dan kebijakan mana yang harus diikuti oleh manajemen perusahaan dalam mengelola permasalahan perusahaan.
Lawrence & Weber menggambarkan dua teori yang menggambarkan hubungan antara bisnis dengan masyarakatnya, sebagai berikut
Ownership Theory of the firm
Teori ini menjelaskan bahwa tujuan dari sebuah perusahaan berdiri adalah untuk bekerja dan memberikan keuntungan yang maksimal kepada pemegang saham atau pemiliknya, karena perusahaan hakekatnya adalah kepunyaan dari pemiliknya. Teori ini mengatakan bahwa pihak manajemen dari perusahaan merupakan agen dari pemilik, oleh karena itu mereka tidak memiliki kewajiban untuk memperhatikan pihak lain, kecuali pihak-pihak lain yang memang berkaitan dengan perusahaan secara hukum. (Lawrence & Weber, 2008)
Stakeholder Theory of the firm
Teori ini menjelaskan bahwa perusahaan harus mencari lebih dari sekedar maksimalisasi laba kepada pemiliknya, perusahaan dikatakan berdiri untuk melayani kepentingan publik secara luas, yaitu untuk menciptakan nilai bagi masyarakat sekitarnya. Jadi sebuah perusahaan yang berorientasi pada laba secara normal harus memberikan keuntungan bagi pemiliknya, namun di sisi lain mereka juga memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan stakeholders lainnya yang dapat membantu pencapaian tujuan perusahaan. (Lawrence & Weber, 2008)
Lebih dalam mengenai Konsep Stakeholders
Definisi stakeholders mengacu pada orang atau kelompok yang mempengaruhi atau terpengaruh dengan keputusan, kebijakan, dan operasi dari sebuah organisasi. Lawrence & Weber membagi stakeholders dari sebuah bisnis menjadi:
Market stakeholders
Market stakeholders adalah pihak-pihak yang terlibat dalam melakukan transaksi-transaksi ekonomi dengan perusahaan ketika perusahaan melakukan kegiatan utamanya dalam menyediakan barang dan jasa kepada masyarakat
Non Market Stakeholders
Merupakan orang-orang atau kelompok yang tidak terlibat dalam pertukaran langsung dengan perusahaan, namun secara tidak langsung terpengaruh atau dapat mempengaruhi tindakan perusahaan (Lawrence & Weber, 2008).
Bisnis dan Lingkungannya
Bisnis dan stakeholdersnya berinteraksi dalam lingkungan yang dinamis dan selalu berubah. Lawrence & Weber menggambarkan enam kekuatan dinamis yang dapat membentuk hubungan bisnis dan masyarakatnya secara kuat, yaitu :
- Bertumbuhnya penekanan pada pemikiran dan tindakan etis.
- Aturan pemerintah tentang bisnis yang selalu berevolusi.
- Globalisasi
- Berkembangnya teknologi baru
- Lingkungan alam yang dinamis
- Ekspektasi sosial yang berubah
(Lawrence & Weber, 2008)
PEMBAHASAN
Para Pemain Utama dalam kasus Lingkungan Bisnis
- Google Inc.
Merupakan sebuah perusahaan publik Amerika Serikat yang didirikan oleh Larry Page dan Sergey Brin, berperan dalam pencarian Internet dan iklan online. Perusahaan ini berbasis di Mountain View, California. Filosofi Google meliputi slogan seperti “Don’t be evil”, dan “Kerja harusnya menatang dan tantangan itu harusnya menyenangkan”, menggambarkan budaya perusahaan yang santai. Pesan utama yang tercatat dalam code of conduct dari perusahaan ini adalah “menjadi seorang Googler berarti menjaga diri kita pada standar etika bisnis yang setinggi mungkin” (Google Company Overview & Codes of Conduct).Sebagai perusahaan multinasional yang bergerak di bidang media digital, perkembangan ekonomi dari China di dunia internet merupakan suatu fenomena yang sangat menggiurkan bagi perkembangan bisnis Google.
- Pemerintah China
Perkembangan pemakai internet di China merupakan suatu fenomena yang baik dan menarik untuk dikembangkan lebih jauh agar mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal penting yang mendukung meledaknya jumlah pemakai internet di China adalah arus investasi asing yang terus meningkat di negara ini, namun di sisi yang lain pemerintah China terus menekankan kepada perusahaan-perusahaan asing tersebut untuk tetap mematuhi aturan yang berlaku di China. Sehingga pemerintah China tetap dapat menguasai dan mengendalikan penyebaran informasi di negara tersebut. Dengan adanya Google.cn sebenarnya menguntungkan bagi pemerintah karena China ingin memproyeksikan diri sebagai negara yang baik dan bersahabat bagi keberadaan investasi asing di negaranya. Akan tetapi kritik yang dilayangkan Google mengenai pembatasan informasi yang dilakukan pemerintah China tampaknya mengganggu sehingga pada akhirnya membiarkan Google keluar dari China pada 22 Maret 2010.
Pertarungan Google dan China
Ada berbagai macam perspektif yang dapat dipakai untuk melihat kasus Google vs China dari kacamata lingkungan bisnis, yaitu antara lain :
- Perspektif Politik
Pemerintah Amerika Serikat (AS), yang dikenal sebagai negara adikuasa selalu berupaya untuk menegakkan hak asasi manusia di negara-negara lain yang menurut mereka tidak menghormati hal tersebut. Dalam hal ini China jelas merupakan salah satu negara yang memiliki catatan buruk dalam hal penegakan hak asasi manusia. Lingkungan politik di China memiliki warna yang berbeda dengan AS. Pemerintahan China saat ini memberlakukan media di China sebagai sarana untuk mengirimkan pesan yang mendukung dan memperkuat ideologis dari pemerintah yang berkuasa (Partai Komunis China). Proses ini sering disebut sebagai “thought work”, yang telah dipraktekkan sejak tahun 1966 dimana semua media di China berada dalam kendali dari Pemerintah. Yang terjadi dalam politik China adalah adanya konflik prioritas dimana di satu sisi pemerintah ingin untuk meraup manfaat ekonomi dari pasar media yang terbuka dan kompetitif, namun di sisi lainnya mereka tidak mau untuk mengendurkan kekuasaan mereka terhadap opini publik yang bisa diberikan dari pengendalian atas media. Hal ini mengakibatkan terjadinya suatu kondisi dimana para perusahaan media harus menawarkan sesuatu yang unik untuk bisa bersaing secara kompetitif di China, namun di satu sisi mereka juga harus berhati-hati untuk tidak membuat marah penguasa partai dengan memberikan isi-isi berita yang bertentangan dengan ideologi politik partai (Worsfold, 2006).
- Perspektif Budaya
Benturan budaya antara budaya barat dengan budaya timur, sangat terasa karena Google yang berasal dari budaya barat (AS) memiliki budaya yang sangat terbuka dan liberal, dimana bagi Google sudah sewajarnya seseorang mendapatkan akses informasi secara bebas. Dilain pihak China yang memiliki budaya timur yang mengakar memiliki kencenderungan budaya yang tertutup. Apalagi sebagai negara komunis yang ingin terus mempertahankan idealismenya yang beraliran sosialis dimana yang harus diutamakan dalam sebuah negara adalah kesejahteraan umum, bukan kesejahteraan tiap individu, sudah sejak lama China menutup diri dari pengaruh budaya-budaya luar, terutama budaya barat yang selalu menitikberatkan pada kebebasan berbicara. China berusaha untuk menutup mata masyarakatnya dari budaya tersebut untuk menekan terjadinya bibit-bibit pemberontakan pro-demokrasi.
China juga menjunjung tinggi bahasa China sebagai kebudayaannya yang tinggi, penggunaan bahasa Inggris justru digunakan sebagai bahasa minioritas. Hal ini membuat Google dalam penetrasinya ke China harus bersusah payah menyesuaikan konten yang ada dengan bahasa China, dan harus memberi spesifikasi khusus untuk crawling, dan bahkan secara Search Engine Optimization (SEO) khusus.
Benturan dua budaya yang berbeda ini memasuki puncaknya ketika Google secara resmi memasuki China dengan meluncurkan Google.cn. Ketika memasuki area pemerintahan China, Google dipaksa untuk tunduk mematuhi aturan yang berlaku di China.
- Perspektif Ekonomi
Hingga kuartal pertama tahun 2010, pengguna internet di negeri ini telah melampaui angka 400 juta jiwa. “Sepertiga penduduk China telah melek internet (Xinhuanews, 2010). Menurut proyeksi dari Google pada tahun 2006, pasar internet di China diharapkan untuk naik dari 105 juta pengguna ke 250 juta pengguna pada tahun 2010. Google juga memproyeksikan bahwa dengan melihat data di tahun 2006 bahwa telah terdapat pemakai telepon genggam sebanyak 350 juta. Dan jumlah tersebut diperkirakan untuk tumbuh sebesar 57 juta pengguna setiap tahunnya (Schrage, 2006). Dalam pandangan Google ke depannya, Google sebenarnya mengharapkan China untuk menjadi salah satu pasar Google yang paling penting, meskipun saat ini hanya menyumbangkan sebagian kecil dari pendapatan Google. Sebagai tambahan, pusat penelitian Google di China menjadi salah satu sumber utama untuk inovasi dari Google, terutama karena kayanya talenta pekerja di bidang software yang berasal dari berbagai universitas di China (Thompson, 2006). Dari sudut prepektif ekonomi, keputusan Google untuk keluar dari China pada 22 Maret 2010 tidak terlalu berdampak bagi Google, karena hanya sekitar 1% dari pendapatan Google yang berasal dari China. Namun secara jangka panjang dengan menentang kebijakan pemerintah China, Google telah kehilangan pangsa pasar yang sangat potensial.
- Perspektif Persaingan Bisnis
Menghadapi lingkungan bisnis di China, persaingan antara perusahaan multinasional dan domestik sangat keras. Para pelaku bisnis yang terlibat harus memiliki hubungan yang baik dengan pemerintah China karena hal tersebut penting bagi kelangsungan perusahaan. Diawali pada tahun 2002, dimana tiba-tiba pemerintah China memutuskan untuk menutup semua akses Google.com di China, dan beberapa minggu kemudian dibuka lagi namun berjalan dengan sangat lambat karena adanya sensor ketat dari pemerintah membuat pangsa pangsar Google di China pada tahun 2006 turun dari 25% di tahun 2002 menjadi 19,2%. Dari rumor yang beredar di kalangan pebisnis internet, Baidu.com, sebuah mesin pencari (search engine) lokal yang berasal dari China merupakan pihak yang menyebabkan hal tersebut. Dan pada dasarnya kepedulian pemerintahan China terhadap mesin pencari lokal seperti Baidu tersebut tetap patut diberikan appresiasi. Karena dengan cara tersebut pemerintah membantu perusahaan lokal untuk dapat berkembang. Mesin pencari milik China sendiri itu masih belum bisa dikalahkan oleh Google. Dalam hasil penelitian yang baru saja dirilis, terlihat bahwa Baidu semakin berjaya. Menurut iResearch, konsultan internet di China, pengguna Baidu merayap naik sebanyak 1,6 % menjadi 75,7%. Sedang Google sendiri, jumlah penggunanya di China malah turun 1,1 persen dari kuartal sebelumnya menjadi 19,8% (PCWorld, 2009). Dalam kompetisi langsung antara Baidu.com dan Google.cn, mereka saling melakukan terobosan untuk bisa menggaet para pengguna internet. Kecenderungan para pengguna internet di China memang agak berbeda dengan di negara-negara lain. Google hanya populer di kalangan sejumlah pengguna urban saja, sedang yang berada di pedalaman masih ‘setia’ dengan Baidu. Para pengguna internet hanya memakai Google untuk pencarian dalam bahasa Inggris saja. Untuk pencarian berbahasa China, mereka akan langsung berpaling pada Baidu. Baidu secara potensial paling diuntungkan ketika Google menarik diri keluar dari China, Laba bersih Baidu yang tercatat di Nasdaq naik 48,2 persen pada kuartal keempat menjadi 62,7 juta dolar sedangkan pendapatannya meningkat 39,8 persen menjadi 184,7 juta dolar. “Dengan basis pengguna dan pelanggan yang solid, fondasi kami lebih kuat daripada selama ini dan kami akan terus mendorong inovasi untuk menangkap peluang pasar ke depan,” kata ketua dan kepala eksekutif Baidu Robin Li. (ANTARA News, 2010)
- Perspektif Peranan Media
Di China saat ini pun telah diketahui dengan baik, bahwa media sebenarnya hanya merupakan bagian dari sistem politik dari Pemerintah China. Meskipun wajah media China saat ini menjadi terkesan lebih terbuka, Partai Komunis yang berkuasa di China tetap mempertahankan kekuatan mereka melalui operasi media. Media China yang sebagian besar dikendalikan oleh pemerintah secara agresif menyerang keputusan Google yang secara sepihak memutuskan untuk menghentikan operasional dari Google.cn. Pemerintah China melalui media yang mereka kendalikan mencoba mengalihkan isu keluarnya Google ini sebagai sebuah konspirasi politik dimana keputusan Google ditunggangi oleh kehendak barat untuk mempermalukan ideologi dari China. Kantor berita resmi China, Xinhua News Agency menampilkan tema yang menuduh Google telah mempolitisasi dirinya sendiri dengan mengatakan bawah Google telah “menuduh pemerintah China secara tidak berdasar telah mendukung serangan para hacker terhadapnya”. Berita-berita ini hanya sebagian kecil dari propaganda media yang dilancarkan oleh pemerintah China kepada rakyatnya untuk menutupi kasus yang sebenarnya terjadi antara Google dengan China.
Siapa penguasa sesungguhnya?
Sebenarnya dalam kasus ini pihak yang paling dirugikan dengan diberhentikannya layanan Google.cn adalah Google sendiri. Keluarnya Google dari China mengakibatkan 700 karyawannya di China di berhentikan. Hal ini berakibat bahwa secara nyata Google telah menjadi sebuah entitas yang kecil di China. Bahkan pernyataan Google yang telah memutuskan untuk keluar dari China tidak juga berdampak apapun pada cara China menjalankan kebijakan medianya. Meskipun pada awalnya serangan-serangan dari Google mendapatkan banyak sambutan positif dari media-media internasional Keputusan keluar Google dari China juga akan memberikan kerugian secara finansial bagi Google, karena meskipun pada saat ini mereka hanya akan kehilangan 1% dari total pendapatan mereka yang berasal dari China, namun pangsa pasar yang sangat menjanjikan dari Google di masa mendatang juga akan ikut menghilang. Padahal di China, Google telah memiliki market share sebesar 22-23%. Oleh karena itu Google tidak sepenuhnya rela keluar dari China. Mereka tetap mempertahankan bagian R&D dan Sales mereka di China untuk melayani konsumen mereka disana. Google juga menyadari bahwa sewaktu-waktu bisa saja layanan mereka melalui Google.com.hk untuk rakyat China juga semakin dipersulit.
Apabila Google dalam hal ini menjadi pihak yang paling dirugikan, bisa jadi pihak yang paling diuntungkan adalah kompetitor dari Google, seperti Yahoo dan search engine lokal seperti Baidu.com. Saat ini posisi pertama dari pasar ini di China dikuasai oleh layanan mesin pencari (search engine) lokal milik China yaitu Baidu.com. Hasil penelitian menyebutkan bahwa pengguna internet di China lebih menggemari social media dan mengakses berbagai social network yang ada. Banyak dari situs lokal China yang mendapatkan pemasukan dan menjadi raja di negera mereka sendiri dengan menyediakan layanan fitur-fitur seperti social network, bahkan situs populer seperti Facebook, MySpace dan Twitter harus bersaing ketat dengan situs-situs yang menjadi pemimpin pasar seperti QZone, Baidu dan 51. Dalam hal ini penguasa sesungguhnya adalah Pemerintah China sendiri yang secara politis telah mampu mengendalikan media di negerinya.
REKOMENDASI DAN KONKLUSI
Ketika Google meluncurkan situs Google.cn yang mengikuti aturan sensor dari pemerintah China, tidak semua produknya dapat di sajikan, seperti halnya Gmail dan Blogger, karena terkait dengan jaminan informasi data pribadi pemakai layanan tersebut kepada pemerintah China. Google memilih untuk tidak meluncurkan beberapa layanan mereka yang nantinya dapat membawa mereka untuk harus berkompromi dengan pemerintah China untuk menyerahkan informasi pribadi penggunanya. Selain itu Google juga memberikan pesan singkat yang berbentuk pemberitahuan apabila ada hasil pencarian dari pengguna Google.cn yang disensor oleh pemerintah China.
Strategi bisnis yang perlu dilakukan Google untuk menghadapi pemerintah China seharusnya menjalin kerja sama dengan pihak lain yang memiliki kepentingan sama untuk mengambil posisi yang proaktif dalam berhadapan dengan sistem penyensoran dari China. Sepertihalanya bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan asing sejenis yang lain yang menanamkan modalnya di China seperti Yahoo, Microsoft, ataupun Cisco System untuk menciptakan sebuah tata cara, panduan, atau aturan etika sendiri dalam berbisnis di China. Dengan acara ini dapat dimungkinkan Google menciptakan kekuatan stakeholders di China yang dapat dipergunakan untuk memberikan tekanan kepada pemerintahan China dalam hal pengekangan media.
Berhasil tidaknya strategi ini bergantung dari kemampuan dan kesabaran Google untuk melakukan tarik ulur dengan pemerintah China dalam menyiasati aturan penyensoran mereka dan juga bergantung pada kemauan dari para kompetitor Google beserta dengan pihak-pihak lain yang terkait, misalnya lembaga yang bergerak di bidang hak asasi manusia, media internasional untuk bekerjasama menciptakan aturan main yang sama dan memberikan tekanan terhadap China.
Google sebagai perusahaan yang dinamis mengambil langkah-langkah yang cukup positif pada awal kehadiran mereka di China. Google yang memiliki semboyan “be no evil” dan menjunjung tinggi prinsip kebebasan untuk berbicara ketika memasuki China yang memiliki aturan, budaya, kondisi bisnis, dan kondisi politik yang berbeda menemukan bahwa jika terus menerus mengikuti aturan penyensoran dari China, maka perusahaan ini tidak akan dapat menciptakan sebuah nilai positif yang mereka selalu berusaha untuk ciptakan dimanapun Google berada.
Google memutuskan untuk menonaktifkan situs Google.cn mereka dan mengalihkan layanan mereka menggunakan situs Google.com.hk. Tindakan ini menunjukkan berakhirnya usaha Google untuk memasuki dan beradaptasi dengan lingkungan bisnis di China.
Satu hal yang perlu dipikirkan kembali oleh Google adalah bahwa perjuangan mereka di China tidak seharusnya menjadi sebuah revolusi terakhir. Karena tindakan Google yang seperti itu sifatnya pasti tidak akan ditoleransi oleh China. Seharusnya Google membuat sebuah evolusi bukan revolusi yang meskipun memakan waktui lebih lama namun dapat digunakan sebagai dasar untuk membangun dasar yang lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Drummond, David., Vice President, Corporate Development and Chief Legal Officer, Google Inc. A New Approach To China : An Update.
Googleblog.blogspot.com. (22 Maret 2010)
Lawrence, Anne T. And James Weber. 2008. Business and Society : Stakeholders, Ethics, Public Policy, 12th Edition. New York, NY, U.S.A. : The McGraw-Hill Companies, Inc.
Prasetyo. 2001. See What the Internet can Do For You: Sekilas Perkembangan Internet di Indonesia. Newsletter Goechi.com.
Thompson, C. Google’s China Problem (And China’s Google Problem). The New York Times Magazine. (23 April 2006).
Schrage, E., Vice President, Global Communications and Public Affairs, Google Inc., “Testimony of Google Inc. before the Subcommittee on Asia and the Pacific, and the Subcommittee on Africa, Global Human Rights, and International Operations.” (15 Februari 2006).
Dari sudut pandang bisnis memang sepertinya Google merasa dirugikan, tapi dari sisi lain Google lebih unggul dengan tetap mempertahankan prinsipnya tentang keterbukaan secara global.