-
Recent Posts
Recent Comments
Archives
Categories
Analisa Rangkaian Listrik terdiri dari beberapa metode, yaitu
semua ke-empat metode tersebut digunakan untuk mempermudah dalam menyelesaikan masalah guna mencari arus, tegangan atau daya dari komponen pada suaru rangkaian listrik. Dari ke-empatĀ metode yang telah dipelajari yang membuat pusing atau ribet adalah superposisi (based on pengalaman), karena superposisi terdiri dari beberapa langkah dengan mematikan salah satu sumber. Sebenarnya superposisi mempermudah dalam penyelesaian rangkaian yang rumit pada rangkaian yang kompleks bersifat linier, namun karena rangkaian kompleks dengan letak resistor yang beragam membuat menguras otak dan lama sekedar dengan mencoba. Hal ini bisa diatasi apabila telah menguasi dua hal konsep penting yaitu :
a. Pembagi Arus
b. Pembagi Tegangan
Berikut salah satu contoh soal yang dapat diselesaikan dengan teorema superposisi (serta ditambahkan bukti simulasi dengan menggunakan multisim)
Soal ini diambil dari ebook (Basic Engeneering Circuit yang ditulis oleh J.David), sudah ada jawaban namun tidak ada penjabaran jawaban, memang diberikan bentuk soal seperti itu agar mahasiswa bisa mengerjakan dengan cara yang pasti dengan jawaban yang pasti pula sebagai latihan.
Langkah Pertama :
jika sumber tegangan 12 Volt bekerja (gunakan prinsip Pembagi tegangan untuk mendapatkan nilai tegangan pada resistor 2 kiloOhm)
hasil Simulasi dan perhitungan sama. š
Langkah Kedua :
Jika Sumber Arus 2 mA bekerja, makaĀ :
untuk mendapatkan nilai tegangan, mendapatkan nilai arsu terlebih dahulu (prinsip pembagi arus), kemudian dilanjutkan dengan mencari nilai Vo. (hasil perhitungan dan simulasi terbukti sama :))
setelah melakukan langkah satu dan langkah dua, maka selanjutnya adalah menjumlahkan hasil keduanya
Jawaban Soal No.1 adalah 4/3 Volt.
Bagaimana ??? apakah mudah mencari nilai tegangan dengan superposisi??? mudah untuk rangkaian sederhana seperti di atas, bagaimana dengan rangkaian berikutnya ? ? Mari kita coba…. (Kesulitan bersama orang-Orang yang Bersungguh-Sunguh š )
Langkah pertama :
Jika sumber tegangan 12 Volt yang bekerja (dengan sumber arus dibuka /opencircuit),maka rangkaian menjadi
Perhatikan gambar di atas, didapatkan bahwa nilai r2=3kOhm didapatkan dari nilai resistor 2k dan 1k yang terhubung seri. Gunakan prinsip Pembagai Arus, maka nilai tegangan pada 2kiloOhm dapat dihitung sebagai berikut :
Dicek dengan multisim untuk rangkaian di atas, jika sumber arus di-offkan,
Hasil menunjukkan bahwa perhitungan sama dengan hasil simulasi yaitu 1.6Volt atau 8/5 volt
Langkah Kedua :
Jika sumber arus 8mA yang bekerja
Berikut hasil simulasi denganĀ multisim :
hasil simulasi dengan perhitungan sama yaitu 16/5V = 3.2Volt .. š
Langkah Ketiga :
Jika sumber arus 2mA yang berkerja, maka gambar rangkaian menjadi :
dengan menggunakan prinsip pembagi arus, maka didapatkan nilai tegangan dari hasil pembagi arus tersebut, perhitungannya sebagai berikut :
maka hasil untuk soal rangkaian ini adalah : (total hasil dari langkah-langkah di atas)
terimakasih semoga bermanfaat untuk postingan kali ini… (khusunya bagi mahasiswa yang ambil mata kuliah RL)
Postingan kali ini akan membahas tentang pengertian SMART HOME. Penelitian Prodi Sistem Komputer Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya sedang mengembangkan teknologi yang digunakan untuk Smart Home.
Contohnya Ā riset yang sedang berkembang.
Masih banyak lagi hal-hal yang harus dikembangkan untuk smart house. Sebelum mengarah kemana-mana maka alangkah baiknya jika kita harus mengerti dulu apa itu sebenarnya pengertian dari Smart House.
Smart House : Rumah Pintar yang menjadi impian setiap orang. Teknologi yang saling berintegrasi yang memberikan kenyamanan, keselamatan, keamanan dan penghematan energi, yang berlangsung secara otomatis dan terprogram melalui komputer, pada gedung atau rumah tinggal anda.
Berikut salah satu artikel yang diambil dari majalah yang terkait dengan pengertian smart house.
(to be continued…)
Tulisan yang sangat menggugah : Sumber –>Ā https://www.duniadosen.com/profesionalisme-membuat-karya-ilmiah/
Di antara kritik yang sering dilontarkan terkait kualitas dosen perguruan tinggi di Indonesia adalah: Pertama, sekarang ini minat sebagian dosen untuk terus membaca dan mengerjakan karya ilmiah di bidang keilmuannya sudah menurun. Mereka tampak sudah merasa puas dengan gelar doktor atau Ph.D. yang diraihnya. Mereka sudah tidak lagi sibuk dengan karya ilmiah yang menjadi tugas pokok mereka untuk menyumbangkan hal-hal baru dalam bidang keilmuannya. Kalaupun mereka melakukan sebuah penelitian, biasanya itu tidak dimaksudkan untuk menemukan hal baru atau menyumbang sesuatu yang bermanfaat untuk masyarakat, tetapi untuk meraih kenaikan pangkat atau mencapai posisi guru besar .
Kedua, tidak sedikit para dosen yang beranggapan bahwa tugas utamanya hanya menyampaikan pengetahuan atau menugaskan karya ilmiah kepada para mahasiswa. Mereka sering alpa bahwa mereka adalah pendidik dalam pengertian seluas-luasnya. Di pundak mereka terpikul tanggung jawab yang melampaui tembok kampus, yaitu untuk mendidik mahasiswa, baik dari sisi keilmuan, mental, cara berpikir, perilaku, dan sebagainya.
Ketiga, banyak dosen yang menghindarkan diri dari tugas utamanya sebagai pendidik dengan berbagai cara untuk menutupi kekurangannya. Misalnya dengan menerapkan ādespotisme ilmiahā karena tidak mampu mengatasi dialog kritis dengan mahasiswa, lari dari topik utama perkuliahan untuk menghabiskan waktu karena tidak menguasai materi, atau memberi penugasan kemudian membiarkan para mahasiswa berdebat sendiri dengan alasan melatih mereka berdiskusi, dan sebagainya.
Data yang dimiliki Litbang Depdiknas menunjukkan, dari 120.000 dosen tetap PTS dan PTN di Indonesia, masih ada 50,65 persen atau sekitar 60.000 di antaranya belum berpendidikan S2 atau baru S1. Menurut data lain, jumlah seluruh dosen di PTN sebanyak 240.000 orang, 50% di antaranya belum memiliki kualifikasi pendidikan setara S2.
Di antara jumlah tersebut, baru 15% dosen yang bergelar doktor. Sementara itu, di perguruan tinggi di Malaysia, Singapura, dan Filipina jumlah doktornya sudah mencapai angka 60% lebih. Jika dibandingkan dengan Indonesia, maka tampak bahwa dosen di perguruan tinggi Indonesia masih jauh ketinggalan.
Kondisi ini menunjukkan bahwa masih ada jurang yang lebar antara cita-cita ideal, danĀ kondisi riil para dosen perguruan tinggi di Indonesia saat ini. Kondisi tersebut tentu saja dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti manajemen pendidikan, ekonomi, realitas sosial, dan lain-lain. Oleh karena itu, untuk membenahinya juga diperlukan sebuah program pengembangan profesionalisme dosen yang komprehensif serta melibatkan berbagai pihak, mulai dari perguruan tinggi, pemerintah, hingga masyarakat.
Menurut Permendiknas No.16 tahun 2007, dijelaskan bahwa seorang dosen harus memiliki empat jenis kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Merujuk pada gagasan Spencer (Learning and Teaching in The Clinical Environment, 2003),Ā bahwa kompetensi terdiri dari 5 (Lima) Karakteristik.
…
dst
Review :Ā Setelah membaca artikel ini, bertanya kembali di cermin besar apakah sudah diri ini berstatus DOSEN atau Pengajar sebagaimana mestinya..? Jawabannya adalah masih HARUS BELAJAR Terus..