Kisah Keledai, Ayah, dan Anak Lelakinya

Kisah Keledai, Ayah, dan Anak Lelakinya

Alkisah, dalam cerita jaman dahulu, ada seorang ayah dengan anak lelakinya dan seekor keledai sedang dalam perjalanan ke suatu tempat.

Di tempat A

Keledai dinaiki anaknya, maka orang-orang di tempat A, mengatakan:

“Wah, anak tidak tahu adab. Masa ayahnya disuruh jalan, anaknya enak-enakan diatas tunggangan?”

Maka si anak turun, dan ayahnya yang dipersilakan naik, maka sampailah mereka di tempat B

Di tempat B

Melihat sang ayah naik keledai, anak yang menuntun, orang-orang di situ berkomentar:

“Ayah yang tidak tahu diri. Masa anaknya yang masih muda disuruh menuntunnya sementara dia enak-enakan di atas keledai?”

Si ayah pun turun, dan tibalah mereka di tempat C

Ditempat C, untuk menghindari komentar negatif dari orang, maka ayah dan anak naik berdua di atas pelana keledai. Orang-orang di situ pun berkomentar:

“Lihat, benar-benar keterlaluan, masa keledai satu, kecil lagi dinaiki dua orang? Teganya.”

Nah, hampir putus asa ayah dan anak itu. Sampailah di tempat D

Di tempat D

Lagi-lagi dengan mengambil pelajaran kisah terdahulu, ayah dan anak itu sepakat menggendong keledainya. Maka orang-orang di tempat D tetap saja berkomentar :

“Gilaaa… masa keledai digendong? Bukannya dinaiki. Ya ampun gilanya.”

Bingung sudah ayah dan anak.

 

Apa yang diinginkan orang-orang itu? Akhirnya mereka sepakat untuk tidak mendengarkan omongan orang lagi. Jangan memaksakan diri mengikuti kemauan orang. Sepanjang itu perkara yang dihalalkan agama, teruslah berjalan.

***

 

Dari kisah di atas, ada pelajaran yang dapat kita ambil hikmahnya.

Seorang manusia tak bisa memaksakan manusia lain  mengikuti kehendaknya, itu akan menyakitkannya. Manusia hanya bisa dipaksa mengikuti jalan Tuhan. Karena itu adalah fitrahnya.

“Kadang dalam berhubungan antar manusia dengan manusia, kita memang harus tidak perlu pusing dengan pendapat orang, APALAGI kalau itu berdampak negatif, dan membuat sesak di dada”. Penilaian manusia itu tidak penting, yang utama adalah penilaian Allah. Jangan takut dinilai jelek dengan sesama manusia. DAN jangan memaksakan kehendak ke orang lain.

Kalau ingat cerita di atas, pertama kali saya dengar mungkin berpuluh tahun lalu, dan saat itu. Saya cuman diam saja, emang ada keledai yang digendong???. Tanya saya pada yang bercerita. Ada, dan mungkin. Kalau kita selalu sibuk mikirin pendapat orang. Karena penilaian orang lain, bisa A, B dan C. Yang terpenting itu, sebagai hamba Allah. Kita ikutin aturan Allah, kalau dalam aturan Allah benar, ya dijalani saja. Asal tidak membuat Allah Murka.

Dengan wajah, yang polos saat itu kubertanya lagi. Tapi memang berat sihc, ketika orang selalu berpikir negative kepada kita. Padahal kita sudah berusaha menjadi yang baik. NAH itu dia, yang penting kan penilian Allah. Kita juga tidak mungkin memaksa orang lain untuk baik, dan setuju dengan semua yang kita lakukan. Karena Hati itu milik Allah.

Iya…iya, kata saya saat itu. Kini ketika ada yang memaki dan mencela, mungkin kisah-kisah di atas, dapat mengobati rasa galau kita. Kalau kadang ketika pendapat orang selalu negative kepada kita, jangan marah dan kecewa. Tapi tetaplah berusaha memperbaiki diri, dalam rangka meraih pendapat yang terbaik dari Allah. Penilaian Allah itu yang jauh lebih penting.

“Semoga Allah memberikan kita, kesabaran dan ketabahan dalam melewati hari-hari yang makin banyak fitnah dan ujian”. Dunia makin Tua, berdoa dan selalu berdoa memohon bimbingan Allah. Itu kebutuhan bagi kita semuanya.

Lusi , 27 Sept 2013.

 

 

This entry was posted in Renungan Lusi. Bookmark the permalink.

6 Responses to Kisah Keledai, Ayah, dan Anak Lelakinya

  1. “amien” semoga do’anya [ Semoga Allah memberikan kita, kesabaran dan ketabahan dalam melewati hari-hari yang makin banyak fitnah dan ujian” ].
    salam kenal mba

  2. Abdullah says:

    Subhanallah, semoga kita bukan orang-orang yang suka iseng mengomentari orang lain.
    Aamiin untuk doanya.
    Terimakasih sudah berbagi tulisan yg bermanfaat.

    Barangkali berkenan berkunjung Dekat dengan Ayah, Membuat Anak Lebih Cerdas

  3. Ismi says:

    Manusia emang tidak pernah puas dan tak luput dari kesalahan, ya…namanya manusia suka berkomentar ini dan itu. yang penting kita tidak terlalu mendengarkan hal yang tidak penting . Good story 🙂

  4. dani ramdani says:

    subhanallah manusia memang banyak bicara, salah diomongin benar diomongin diam apalagi hehe syukron

  5. M.syahid shidiq says:

    kalo gak salah ini cerita luqman dan anak nya ya .. ???

  6. Beginilah kehidupan lika-liku manusia. Tidak selamanya sempurna.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *