IT for society :)
Penggunaan TI tidak terbatas bagi kalangan tertentu seperti mahasiswa, karyawan, pengajar, atau orang-orang yang dalam kesehariannya “bergelut” dengan komputer. Penggunaan TI telah mulai dinikmati oleh masyarakat secara luas, hingga orang yang GapTek sekalipun, meskipun penggunaannya sebatas untuk lifestyle. Content yang disediakan untuk perangkat TI hingga hari (semoga saya tidak salah) sebatas untuk kepentingan hiburan semata :). Content untuk membantu kehidupan sehari-hari masih belum banyak, begitu pula konten untuk kepentingan nasional yang melibatkan banyak orang dan kecepatan pengolahan data, misalkan saja Pemilihan Umum (Pemilu). Untuk Pemilu, Indonesia masih menggunakan cara lama (konvensional), setiap orang yang memiliki hak suara harus data ke bilik suara untuk sekedar melubangi kertas suara :). Bahkan beberapa daerah meliburkan penduduk untuk keperluan tersebut.
Kebermanfaatan TI untuk Pemilu, ternyata masih digunakan untuk proses administrasi Komisi Pemilihan Umum (KPU), belum dimanfaatkan untuk proses memberikan suara. Kalau membaca Kompas, di Estonia sebuah negara di Eropa Tengah yang berbatasan sepanjang 339 km dengan Latvia di selatan dan sepanjang 229 km dengan Rusia di timur, telah menerapkan e-voting sejak 2005, atau empat tahun sejak dimunculkan ide tersebut. Saat pertama kali diterapkan hanya sekitar 9.317 pemilih (jumlah penduduk sekitar 1.059.292 orang, dan 50% diantaranya mempunyai hak suara) yang memanfaatkan, tapi hal tersebut sudah dipercaya oleh pemilih maupun yang dipilih. Tahun 2007 ada 30.275 penduduk memanfaatkan e-voting, masih seperti diuraikan Kompas, pemberian suara dimulai sejak empat hingga enam hari sebelum hari pemilihan. Waktu tersebut memberikan cukup waktu bagi pemilih untuk meyakini apakah pilihannya sudah benar. Tahun 2009 tercatat 104.415 orang memberikan hak suaranya melalui e-voting, artinya penduduk Estonia semakin mempercayai penggunaan TI untuk pelaksanaan Pemilu.
Indonesia? entahlah, hingga hari ini kita masih berkutat menggunakan TI untuk urusan administrasi Pemilu. Meskipun disana-sini sudah ada perbaikan, tetapi menurut saya e-voting layak untuk segera diterapkan dan dipercaya. Agar tidak ada lagi “pemborosan” waktu hanya untuk sekedar memberikan suara. Bagi masyarakat yang masih mempunyai keterbatasan akses TI, bolehlah tetap data memberikan suara dengan datang ke bilik suara. Dengan begitu proses pemberian suara bisa lebih cepat, dan harusnya akurat dan meminimalkan kecurangan :). Apakah tidak bermasalah ? ntar ada yang usil, bagi saya apapun kalau belum diterapkan jangan divonis “bersalah” tidak bermanfaat. Kalaupun ragu, khan ada ilmu IS/IT Plan, kemungkinan resiko yang muncul setidaknya sudah dipertimbangkan.
Setelah diterapkan, mari kita evaluasi bersama, dan berikan masukan positif. Estonia membutuhkan empat tahun untuk mencapai 10% pengguna dari total penduduk. Semoga dapat segera terlaksana, setidaknya Single Identity Number dapat diterapkan dulu :).
semoga dengankemajuan it juga tidak merubah pola hidup dan fikir manusia menjadi instan
http://www.telekomunuversity.ac.id
I’m definitely enjoying the information. I’m bookmarking and will be tweeting this to my followers!