Terbelenggu gadget (telepon tangan)
Sepengetahuan saya, teknologi (apapun) diciptakan dan dibuat untuk memudahkan segala urusan manusia :). Mulai dari teknologi pertanian hingga teknologi informasi (TI) yang hampir setiap menit kita nikmati. Agak jengah juga ketika teknologi, khususnya TI, lebih khusus lagi gadget, dan lebih vulgar lagi adalah handphone (hand=tangan, phone=telepon, –> telepon tangan) terlihat “menyiksa” penggunanya :D. Entah tersiksa atau menyodorkan diri untuk disiksa telepon tangan.
Tidak jarang di sekeliling kita lihat orang-orang berjalan tanpa melihat jalan itu sendiri, lebih banyak menunduk sambil memperhatikan gadget yang dipegangnya. Tetapi anehnya, beberapa diantaranya tetap bisa berjalan tanpa sedikitpun berbenturan dengan orang lain yang lalu lalang, apakah mereka sudah tahu “frekuensi” masing-masing hingga tidak menyebabkan interfensi ? :D. Bagi saya kenikmatan berjalan adalah bisa melihat “pemandangan” tempat yang saya lewati, atau bisa berbicara jika berjalan berdua dengan teman atau pasangan.
Lebih buruk lagi (bagi saya, Anda boleh berbeda), ada kecenderungan gadget merupakan salah satu alat untuk melakukan atraksi atau akrobat di jalanan. Sambil berkendara (motor atau mobil) ada orang-orang sambil berkomunikasi lewat telepon tangan mereka, dalam kondisi jalan yang tidak bisa dibilang sepi. Resiko lalu lintas ? entahlah, rasanya mereka merupakan akrobator handal, bahkan mungkin sebagian pernah menjadi stuntman untuk film-film action dari negeri paman Sam, kecuali mungkin film action rumah produksi “hidup hiburan” (V***d E**********t). Hal ini sungguh konyol sampai munculnya aturan dalam UU Lalu Lintas, di dalam salah satu pasalnya mengatur larangan dan denda bagi pengendara yang menggunakan telepon tangan saat berkendara. Sebuah aturan yang rasanya tidak perlu apabila masyarakat memiliki budaya yang baik dalam menggunakan alat komunikasi.
Dan yang lebih mengenaskan, sekali lagi versi saya, pada saat makan, mengapa ada orang-orang yang begitu bahagianya “tersiksa” oleh telepon tangan :D. Bagaimana rasa enak makanan dapat kita rasakan jika harus berbagi dengan “siksaan” telepon tangan. Meskipun diujung sana adalah kekasih hati yang mungkin rindu setelah se-abad (???? … ) tidak berjumpa :D, apakah tidak bisa ditunda sejenak hingga makan selesai ?
Sebagai penutup tulisan ini saya sertakan tautan (ada di youtube) klip iklan yang sedang tayang di televisi, isi (khususnya pesan) yang disampaikan dalam iklan tersebut cukup mewakili kondisi kita yang tersiksa oleh telepon tangan :D. Anda bisa lihat disini.
Wah cakep ya tulisannya gan, terima kasih postingannya sangat berguna,
manfaat sekali gan terima kasih, mantap banget , bagus gan,
boleh dong saya share gan, mau saya kirimgan , boleh ya saya share
buat kolega saya
Post yg sangat menarik untuk dibaca. Meskipun terus terang saya agak tersindir ketika membaca artikel diatas ( terbelenggu gadget/telepon tangan )
dijaman sekarang gadget banyak disalah artikan oleh remaja, maka dari itu tolong kurangi penggunaan gadget untuk anak usia dibawah 12tahun
Handphone memang sudah jadi kebutuhan pokok (bkn sembako loh):d jaman sekarang. Tapi mestinya kita harus bisa memilih waktu yang tepat untuk memakainya.
Di UK, ia adalah salah di sisi undang-undang untuk menggunakan telefon ketika memandu dan seorang pemandu akan menjadi denda £ 60 dan malah mendapatkan mata penalti ke atas lesen mereka.
Handphone memang sudah jadi indra ke 7,
wah, banyak handphone memang jd susah sendiri. tp sekarang ada HP yg 4 simcard langsung. jd ga usah bawa double2.
berarti gak usah punya henpon banyak banyak ya pak….. atau gak usah punya henpon pak,,,,, pie ya pak… biar penak,,,,, hehehe,,,,
setuju sekali bung!
tapi ini memang konsekuensi dari pekembangan teknologi yang memang telah banyak memudahkan dan memanjakan manusia.
ok silahkan saja, asal disebutin dari blog ini 🙂
wah postingnya mantep,, boleh gak saya copy paste di blog saya? mohon update terus ya, makasih..