RSS
 

Archive for the ‘IMC’ Category

TUGAS PENGGANTI UTS IMC

20 Oct
  1. smallidea.wordpress.com

     

 

  1. Mengambil satu produk yang sudah ditentukan : produk sabun, produk shampoo, produk minuman, produk kosmetik (pembersih muka, lipstik, dsb), produk pasta gigi, produk bumbu masak, dan produk mie instan
  2. Menentukan konsep iklan berdasarkan insight konsumen dari produk yang terpilih. Caranya: deskripsikan insight konsumen terlebih dahulu, selanjutnya buatlah konsep secara sederhana berdasarkan insight konsuen.
  3. Menentukan salah satu segmentasi dan targetnya serta mendeskripsikannya dari produk yang terpilih
  4. Merencanakan media yang tepat
  5. Membuat satu poster iklan produk terpilih sesuai dengan konsep (berbentuk soft copy)
  6. Membuat slide presentasi dan mempresentasikan di depan kelas

 

KRITERIA PENILAIAN

  1. Kompleksitas masalah
  2. Kemampuan membuat konsep dan mendeskripsikan insight konsumen dari produk yang terpilih
  3. Ketepatan menentukan segmentasi
  4. Ketepatan memilih media
  5. Ketepatan komunikasi visual poster
  6. Kemampuan membuat slide dan presentasi

PEMBAGIAN TUGAS DAN KELOMPOK

  1. Gitra, Evi, Airlangga : produk sabun
  2. Duanda, Nur Aminuddin, Wahyu Adi W: produk shampoo
  3. Aljuk, Agus A, Yoda Aji: produk minuman
  4. Nur Ajizah, Rurin, Zainul Arifin: produk mie instan
  5. Abdul Aziz, Tegar N, Riska Ajeng: produk kosmetik
  6. Rizky Julian, Annisa Tiara, Baharuddin Adam: produk pasta gigi
  7. Ayu Wulan, Dito F, Ryansa England: produk bumbu masak
  8. Norma Amalia, Hari Susanto, Ardy Gea: produk sabun
  9. Rachmat Isa, Khurriyaturrosyida, Reza Nanda : produk shampoo
  10. Eka Satriawan, Fitria Nurul, Ananda Tenri: produk minuman
  11. Chris Shindu, Nugraha Mukti: produk mie instan

SYARAT DAN KETENTUAN

  1. Tugas dipresentasikan pada kamis, 31 oktober 2013 jam 08.00 di studio fotografi lt. 7
  2. Setiap presentasi maksimal 15 menit.

 

 

 
No Comments

Posted in IMC

 

Merancang Strategi Pemasaran Pabrik Gula sebagai Wisata Cagar Budaya

31 Jan

Semakin terkikisnya pabrik gula seolah memperlihatkan bahwa kesadaran tentang eksistensi gula masih rendah, khususnya di Jawa Timur. Padahal gula merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang amat penting. Hampir setiap keluarga selalu memerlukan gula dalam setiap kepulan asap dapurnya. Rencana PTPN X Jawa Timur untuk merevitalisasi pabrik gula sekaligus menjadikannya sebagai tujuan wisata adalah sebuah rencana yang pantas mendapat dukungan semua pihak. Hal ini terutama dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gula melalui pabrik gula sebagai bagian dari cagar budaya bangsa.

Menurut Yoeti (2006) salah satu ketertarikan masyarakat terhadap wisata adalah cultural attraction yaitu peninggalan bersejarah (historical building). Maka pabrik gula yang dibangun sejak zaman Belanda itu adalah sebuah peninggalan sejarah yang menarik untuk dikunjungi.

Ada sebanyak 11 pabrik gula (PG) yang tersebar di wilayah Jawa Timur yang hendak disulap menjadi tujuan wisata cagar budaya, di antaranya adalah PG. Watoetoelis, PG. Toelangan, PG. Kremboong, PG. Gempolkerep, PG. Djombang baru, PG. Tjoekir, PG. Lestari, PG. Meritjan, PG. Pesantren Baru, PG. Ngadirejo dan PG. Modjopanggoong. Permasalahannya, untuk menarik minat masyarakat berkunjung ke lokasi pabrik gula, tidak semudah membalikkan tangan.

 

Empat Strategi Pemasaran

Ada empat strategi pemasaran yang harus dicermati pemasar, dalam hal ini pihak PTPN X.

Pertama, identifikasi pasar atau konsumen yang belum terpenuhi kebutuhannya. Morisson (dalam kk.mercubuana.ac.id diakses 31 Januari 2013) mengatakan bahwa ketika menentukan pasar yang ingin dimasuki, pemasar harus mengidentifikasi kebutuhan spesifik dari kelompok konsumen (segmen) yang terdapat dalam masyarakat. Selanjutnya, memilih satu atau lebih dari segmen itu sebagai target dan merancang program pemasaran yang diarahkan kepada masing masing target pasar bersangkutan. Identifikasi pasar sasaran mencakup kegiatan untuk mengelompokan konsumen yang memiliki gaya hidup, kebutuhan dan kesukaan yang sama. Dalam hal ini, pemasar harus mendapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai kebutuhan konsumen. Semakin banyak informasi yang diketahui pemasar mengenai kebutuhan konsumen maka akan semakin efektif tugas pemasar dalam melakukan program komunikasi pemasaran.

Pihak PTPN X harus melakukan penelitian guna mengetahui sejauh mana karateristik pasar yang akan dibidik. Penelitian ini juga penting untuk membangun konsep wisata pabrik gula. Kesalahan dalam membidik pasar akan berakibat fatal dan membuang biaya besar, terutama biaya promosi atau periklanan.

Kedua, menentukan segmentasi pasar. Kegiatan ini adalah untuk mengelompokkan masyarakat yang berkarakter heterogen. Pihak PTPN X harus mampu mengelompokkan masyarakat menjadi lebih homogen. Artinya, jika pabrik gula dikonsep sebagai tujuan wisata yang memiliki nilai sejarah dengan membuat suasana yang lebih klasik atau kuno sebagaimana pada saat bagunan ini didirikan, maka PTPN X (sebagai pemasar) harus mampu membidik pasar yang tertarik pada bidang yang berkaitan dengan nilai-nilai sejarah.

Ada empat kriteria dalam menentukan segmentasi antara lain demografis, geografis, psikografis, dan behavioral.

Kriteria demografis melihat pasar berdasarkan usia, jenis kelamin, jumlah keluarga, strata pendidikan, jenis pekerjaan, penghasilan, agama, suku dan sebagainya. Data demografi ini dibutuhkan untuk mengantisipasi perubahan pasar menyangkut bagaimana produsen barang dan jasa menilai potensi pasar dalam setiap area geografi yang dapat dijangkau. Data ini juga dibutuhkan dalam menentukan strategi periklanan yang menyangkut bagaimana suatu produk dikomunikasikan kepada khalayak sasaran, termasuk dalam menentukan media.

Pihak PTPN harus cermat melihat khalayak sasaran. Pasar mana yang menjadi sasaran. Misalnya, khalayak yang berprofesi sebagai pendidik seperti guru dan dosen, seniman, sejarawan, atau bahkan para  pelajar atau mahasiswa.

Sedangkan segmentasi geografis membagi pasar ke dalam kelompok-kelompok sejenis berdasarkan perbedaan lokasi atau area geografis seperti negara, kota, daerah regional, dan lain-lain. PTPN X harus jelas dalam menentukan segmen geografis karena hal ini terkait dengan tingkat kesadaran dan kepedulian pasar. Artinya, jika segmen geografis PTPN X adalah Jawa Timur, maka bangunan pabrik gula tidak boleh lepas dari simbol-simbol yang  berkaitan dengan Jawa Timur, sekalipun tetap mengedepankan konsep yang telah diusung di awal. Demikian pula jika PTPN X memfokuskan pada kota atau daerah pabrik gula berdiri.

Segmentasi psikografis lebih memerhatikan kondisi psikis pasar. Seperti tingkat kepercayaan diri, kepedulian terhadap keamanan, pemahaman terhadap hal-hal yang dianggap bernilai, atau segmen yang berorientasi pada keluarga. Hal ini penting untuk mengetahui sasaran yang akan dituju sehingga menjadi efektif.

Sedangkan segmentasi behavioral membagi pasar menjadi kelompok homogen dengan dasar pola penggunaan produk, respon terhadap produk atau pengetahuan terhadap produk tertentu. Artinya, pada persoalan pabrik gula, apakah nantinya pabrik gula dipasarkan berdasarkan waktu, misalnya hanya untuk hari libur dan sebagainya, atau dipasarkan berdasarkan  keuntungan seperti mendapat kenyamanan, nilai, dan lain sebagainya. Atau mungkin juga bisa berdasarkan loyalitas pasar dalam menghargai cagar budaya bangsa.

Ketiga, memilih pasar yang akan dijadikan target. Strategi ini  melihat bagaimana memilih, menyeleksi dan menjangkau pasar atau konsumen. Pemilihan  pasar ini lebih spesifik sehingga diyakini bahwa pasar memiliki potensi besar untuk menjadi konsumen PTPN X.

Menurut Philip Kotler dkk (2003), terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi perusahaan dalam mengevaluasi dan menentukan segmen yang akan ditarget,  antara lain : (a) Memastikan bahwa segmen pasar yang dipilih cukup besar dan akan cukup menguntungkan bagi perusahaan. PTPN X cukup punya modal dalam membidik target  pasar karena 11 pabarik gula tentu memiliki karakteristik tersendiri. Artinya, ciri khas dari setiap pabrik di masing-masing daerah akan memiliki pasar target yang berbeda pula.

(b) Strategi targeting harus didasarkan pada keunggulan kompetitif perusahaan yang bersangkutan. Kendati persaingan wisata di bidang  sejarah tidak terlalu banyak sebagaimana bidang wisata lainnya, namun justru itulah PTPN X harus jeli  dalam membidik target pasar sehingga mampu bersaing dengan perusahaan lain, terutama wisata yang menawarkan bidang serupa (baca: pesaing langsung). Apalagi minat pasar di bidang sejarah tidak sebanyak peminat wisata pantai, binatang, gunung, atau permainan anak-anak.

(c) Segmen pasar yang dibidik harus didasarkan pada situasi persaingannya yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi daya tarik target segmen. Pesaing langsung wisata pabrik gula adalah wisata yang juga membidik nilai sejarah atau peninggalan. Sedangkan pesaing tidak langsung adalah wisata yang membidik produk berbeda seperti pantai, gunung, dan lain sebagainya. Pesaing langung maupun tidak langsung sama-sama bisa mengancam pemasaran PTPN X dalam mempromosikan pabrik gula jika tidak jeli dalam menganalisis para pesaing, baik dari sisi kelemahan dan kekuatan produk maupun segmentasinya.

Keempat, menentukan positioning produk melalui strategi pemasaran. Strategi ini terfokus pada otak konsumen. Positioning tidak sekedar menawarkan merk atau produk, tetapi lebih kepada nilai dari  merek atau  produk sehingga mampu membedakan dengan produk lain. Di sinilah PTPN X akan memosisikan dirinya sebagai tujuan wisata yang unik, berkarakter, dan berbeda dengan produk atau perusahaan lain sekalipun sama-sama menjual nilai sejarah. Artinya, PTPN X harus memberikan keunggulan nilai sejarah apa yang menjadi karakteristik pabrik gula sehingga berbeda dengan yang  lain.  Ini adalah kunci untuk menarik pasar atau konsumen dalam memasarkan pabrik gula di Jawa Timur.

Dengan demikian, kesadaran masyarakat terhadap eksistensi gula diharapkan tumbuh melalui nilai sejarah yang terkandung dalam wisata pabrik gula.

 
6 Comments

Posted in IMC

 

Ketika Pameran Foto Bagian dari Iklan

15 Aug

Selepas makan siang, saya bersama teman-teman kantor – Yanu, Sutikno, dan Sigit – mengunjungi pameran tunggal fotografi “Woman Expression” yang digelar oleh salah satu mahasiswa Desain Komunikasi Visual, Diaz Zulfikar Ishaq atau yang akrab dipanggil Diaz, di lantai dasar Royal Plaza Surabaya. Sebuah apresiasi pantas diberikan kepada Diaz atas keberanian dan prestasinya.

Dalam kunjungan kami, tidak banyak masukan yang kami berikan untuk karya fotonya, karena bagi kami keberanian untuk membuat kegiatan pameran tunggal fotografi di ruang publik seperti Royal Plaza adalah sebuah prestasi yang layak dibanggakan.

Namun demikian, perhatian kami justru tertuju pada pengemasan pameran yang belum dioptimalkan. Sungguh sangat disayangkan, jika sebuah karya yang bagus kurang mendapat apresiasi masyarakat hanya karena pengemasan yang kurang menarik. Artinya, betapapun bagusnya sebuah karya foto yang dipamerkan, jika tidak dikemas secara menarik, bisa jadi akan mengurangi tingkat ketertarikan masyarakat terhadap karya tersebut. Misalnya, frame foto yang terlalu minimalis, tidak adanya caption dan identitas foto, tempat kotak saran yang kurang bebas, dan beberapa elemen lainnya. Intinya bagaimana menyampaikan pesan fotografi melalui pameran sehingga mengundang banyak orang untuk datang, menikmati, bahkan membeli?

Dalam ensiklopedia bebas, pameran adalah bentuk dari media iklan yang lain dari yang lain, karena media pameran bisa merangsang terjadinya penjualan secara langsung oleh para pengunjung stand-stand pameran yang bersangkutan. Pameran merupakan satu-satunya media periklanan yang menyentuh semua panca indera: mata, telinga, lidah, hidung dan kulit.

Oleh karena merupakan bagian dari iklan, maka dalam mengemas pameran harus memahami bagaimana konsep periklanan yang bagus dan efektif. Iklan adalah bentuk dari komunikasi massa komersial yang dirancang untuk mempromosikan pemasaran suatu produk atau jasa, termasuk di dalamnya adalah suatu pesan dari lembaga, organisasi, perusahaan, bahkan individu seperti kandidat politik dan desainer.

Dalam menyusun sebuah iklan, seseorang harus mempertimbangkan unsur-unsur yang akan memperoleh perhatian terlebih dahulu dari pembaca atau penontonnya. Karena dari perhatian tersebut yang akan menentukan apakah iklan tersebut mampu memberikan dampak signifikan atau sebaliknya. Unsur-unsur yang paling lazim digunakan para perancang periklanan adalah Attention (memberikan perhatian), Interest (memiliki ketertarikan), Desire (menimbulkan kesenangan atau keinginan), dan Action  (melahirkan tindakan – mencoba, membeli, atau sekedar mencari informasi) atau yang biasa disingkat dengan AIDA. Beberapa ahli ada yang menambahi dengan satisfaction (menimbulkan kepuasan  setelah melakukan tindakan).

Dalam pameran “Woman Expression”, frame foto yang terlalu kecil bisa jadi kurang mendapat perhatian (attention) karena dipajang di areal sebesar Royal Plaza. Dia akan tenggelam oleh poster-poster besar yang terpajang di hampir semua sudut plasa. Tidak adanya caption dan identitas foto bisa mengurangi ketertarikan (interest) terhadap objek gambar, terutama bagi orang awam. Caption adalah tulisan keterangan yang mendeskripsikan gambar atau foto. Caption sebenarnya bisa dimasukkan ke dalam identitas foto. Namun beberapa fotografer sengaja memisahkan untuk memberikan penekanan. Dalam identitas foto bisa dideskripsikan kapan pengambilan gambar, ukuran gambar, shutter speed dan diafragma, jenis kamera, jenis lensa, atau informasi lainnya. Identitas foto ini sangat berguna untuk share pembelajaran.

Sedangkan kotak kritik dan saran sangat penting jika ingin meningkatkan kualitas diri, khususnya dalam hal fotografi. Karena bagaimanapun juga, kritikan adalah salah satu bentuk penghargaan untk memberi tambahan ruang imajinasi, sekalipun kritik tersebut ditulis untuk menjatuhkan. Apapun kritikan atau saran, harus dijadikan sebagai sikap positif yang membangun.  Dalam komunikasi pemasaran, dibukanya kritik dan saran merupakan bagian dari kepedulian produsen terhadap keluhan-keluhan konsumen. Maka dalam sebuah pameran, pengunjung diberi ruang untuk menumpahkan keluhannya terkait kualitas produk yang dipamerkan. Karena sifatnya privacy bagi sebagian orang, kotak kritik dan saran dalam sebuah pameran sebaiknya diberi tempat yang lebih bebas untuk memberikan ruang gerak pada pengunjung sehingga leluasa menuangkan unek-uneknya tanpa harus diawasi orang lain. Kenyamanan pengunjung ini bagian dari  desire sehingga diharapkan akan melakukan tindakan (action).

Kendati demikian, standing banner atau lazim disebut x-banner yang dipajang di depan pintu masuk pameran, cukup menyita perhatian (attention) para pengunjung Royal Plaza guna menikmati pameran Diaz yang sayang untuk dilewatkan.

 

foto:komnasperempuan.or.id

* Artikel ini dimuat di SS News Edisi 01, 2012

 

 
3 Comments

Posted in IMC

 
 
Skip to toolbar