Satu hal yang membedakan antara Wiro Sableng sekarang dengan yang dulu, yaitu selera humornya. Wiro Sableng (Vino G. Bastian) alias Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 sekarang lebih kekinian. Maka jangan kaget bila ada kata “Blusukan”, “Syahrini”, “Kita? Kalian aja kali” dan lain sebagainya.
Selain teknik silat (yang kabarnya menggunakan banyak jenis beladiri), kekuatan film Wiro Sableng adalah selera humornya. Namanya juga sableng, kalo selera humornya rendah, film ini akan kehilangan ruhnya.
Sebagai seorang pendekar yang mumpuni setelah digembleng gurunya, Sinto Gendeng selama 17 tahun, Wiro Sableng harus turun gunung. Misi utamanya adalah mencari Mahesa Birawa (Yayan Ruhian), mantan murid Sinto Gendeng (Ruth Marini) yang durhaka.
Wiro Sableng akhirnya mengetahui bahwa Mahesa Birawa yang dicari-cari selama ini ternyata pembunuh kedua orang tuanya saat ia berusia 7 tahun.
Dengan berbalut kisah tentang kerajaan yg dipimpin raja Kamandaka (Dwi Sasono), film ini mampu memainkan emosi penonton, terutama saat pembunuhan kedua orang tua Wiro (Marcell Siahaan dan Happy Salma), elegi Rara Murni (Aghniny Harque), pengkhianatan adik raja, Werku Alit (Lukman Sardi) hingga keterlibatan Mahesa Birawa dalam misi pemberontakan terhadap kerajaan.
Di sinilah Wiro Sableng bersama sahabat barunya Anggini (Sherina Munaf) dan Bujang Gila Tapak Sakti alias Santiko (Fariz Alfarizi) membantu raja untuk mengembalikan tahtanya dari tangan adiknya.
Sayang peri Angin Timur (MarshaTimothy) yang hadir dlm film ini cukup mengganjal. Kehadirannya sama sekali tidak ada sangkut paut dg ceritanya. Alur kisah yang awalnya tampak “real” tiba-tiba menjadi tak masuk akal. Bahkan cukup kedodoran.
Klimaks dari film ini juga tidak cukup kuat bagi peran tokoh utama. Kesaktian Wiro boleh dibilang sia-sia saat melawan Mahesa Birawa. Sutradara terlalu memaksakan peran Anggini dlm misinya menjadi pendekar nomor satu.
Artinya, kalau hanya dengan menyebetkan kapaknya ke leher Mahesa Birawa dalam kondisi tak berdaya karena tangan musuhnya itu dicincang selendang maut Anggini, pendekar pemula pun bisa melakukan.
Meski demikian, film ini cukup menghibur, selera humornya cerdas, dan karakter laganya kuat. Nilai 8/10 deh buat film gendeng ini 😀