Entah mengapa angka itu begitu bersejarah dalam perjalanan hidup ini. Sebuah angka yang menyadarkan bahwa hidup bener-bener seperti roda, ada kalanya mendapatkan point sempurna 4.0 seperti IPK mahasiswa sumacumlaude, tapi ada kalanya menjadi nasakom (nasib satu komma).
Namun dibalik angka 0,61; nasakom; si sempurna “4” pasti ada pelajaran berharga, yaitu rasa syukur yang tidak terhingga, rasa syukur yang tidak hanya di ucapkan tapi benar-benar di resapi dari dalam hati dan jiwa. Rasa syukur tidak hanya ketika kita bersahabat dengan si sempurna maka kita bersyukur, tapi juga ketika kita bersahabat dengan si nasakom atau bahkan si 0,61.
Tanpa saya sadari 0,61 pun harus mendapat tempat dan tahta yang indah di dalam hati dan jiwa, juga mendapat porsi untuk bersyukur sama besarnya dengan “si sempurna”, karena di belakang ini semua sebenarnya rasa syukur itu kita peruntukkan bagi kehidupan kita hari ini, kesehatan kita hari ini, dan bukan hanya sekedar deretan angka yang mungkin hanya singgah sesaat. Jika 0,61 di ibaratkan sebagai pil pahit, maka kita patut bersyukur bahwa jiwa dan raga masih diberikan kesempatan untuk merasakan pahit dan getirnya pil tersebut.
Teori syukur dan teori sabar sangat mudah memang untuk di tuliskan, di ucapkan dan menjadi motivasi hidup, namun semoga syukur dan sabar “kini” tidak hanya menjadi teori tapi lebih lagi telah mendarah daging bagi kita semua, minimal bagi saya pribadi.
Terimakasih 0,61
Terimakasih nasakom
Dan terimakasih si sempurnah,
Kalian pernah singgah dalam hidupku dan memberi pelajaran berharga
Note: inibukantentang indeksprestasibelajar
Thank you for this post. Good luck.