Sering kita dengar ungkapan bahwa banyaknya usia seseorang tidak menjamin apakah seseorang itu menjadi dewasa, baik dalam pemikiran maupun dalam menghasilkan sebuah karya.
Saya pernah mendapatkan pelajaran bahwa kedewasaan seseorang dalam sikap hidupnya dapat dilihat dari bagaimana dia menangani, menanggapi dan menyikapi sebuah permasalahan hidup. Jika dikelompokkan maka orang yang kedewasaan dalam sikap hidup masih diragukan (level paling bawah) apabila dalam menghadapi permasalahan hidup dia masih sibuk dengan emosi, sibuk dengan statement “saya suka atau saya tidak suka”, sehingga dalam hidupnya penuh dengan emosi negatif.
Level yang lebih tinggi lagi adalah dia sibuk pada kejadian, sibuk pada apa yang harus dilakukan. Level ini sudah lebih baik dari sebelumnya sehingga ada aksi yang konkrit terhadap permasalahan yang sedang dihadapi.
Level yang ketiga adalah level dimana seseorang mulai sibuk mencari-cari pemaknaan, menemukan maksud yang terkandung, sehingga dia lebih arif dan bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan/ tindakan.
Sedangkan kedewasaan seseorang dalam melaksanakan sebuah tugas/ pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi 4 level. Level paling rendah adalah orang yang melakukan tugas/ kerja dengan berpedoman pada “pokoknya saya kerjakan” melakukan asal-asalan dan tidak jarang kita jumpai dengan keluhan (NATO : Not Action Talk Only).
Beranjak ke level yang lebih tinggi adalah melakukan tugas/ kerja dengan standart, jadi bekerjanya sudah sesuai dengan standart yang ada (yang ditentukan), orang dilevel ini sangat patuh dengan aturan yang ada tanpa berani “out of the box”.
Level ke tiga adalah orang-orang yang melakukan tugas/ kerja karena merasa adanya panggilan untuk melakukan tugas/ kerja menjadi sebuah karya yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain, dan muncul kreativitas dan inovasi didalamnya untuk melampai sebuah standart yang ada.
Level tertinggi (level ke 4) adalah orang-orang yang melakukan tugas/ kerja melebihi dari panggilan yang ada, karena orang dilevel ini sudah mulai menguji potensialitasnya dalam berkarya, dan lebih lagi mereka meyakini bahwa potensialitas yang mereka miliki harus dipertanggung jawabkan pada Tuhan YME sebagai penciptanya.
Nah…..Pertanyaan buat kita sudah dewasakah kita dalam menyikapi sebuah kehidupan ? dan sudah dewasakah kita dalam melaksanakan sebuah karya ? jangan-jangan kita hanya tua karena usia.
Thank you..really informative!!
bener sekali pada penulis artikel ini, tua memang belum tentu dewasa , begitu pula sebaliknya, dewasa bukan berarti terlihat pada umur yang tua, namun dewasa lebih condong ke pemikiran yang dewasa dalam menyikapi semua hal,
nice bu’ 😀
ijin share ke temen2 mahasiswa di twitter…
Boleh…silahkan
Wah,, daLam juga bu,,
saya sendiri bLm bisa mengukur saya masuk yang kategori mana,, apa ada toLak ukur bagi diri kita sendiri bu ?
owh iya bu,, blog ini hanya untuk karyawan saja yah bu ?
Wah dalam ini bu maknanya.. 😀
saya bgung saya termasuk kategori yang mana bu,, apakah tidak ada tolak ukur untuk permasalahan ini bagi diri kita sendiri bu ?
oh iya, apakah blog ini hanya untuk karyawan stikom saja ?
Nggak dalam-dalam banget kok Johan, untuk tolok ukur sebenarnya ada dalam kontrol diri kita, cobalah menghadirkan emosi positif dalam tiap menghadapi permasalahan, dan terus belajar mencari pemaknaan terhadap apapun yang terjadi. Saya pribadi menyadari untuk bisa menjadi level tertinggi butuh belajar …belajar dan belajar, semoga suatu saat nanti kita bisa sampai dilevel tertinggi, saya juga sedang belajar 🙂
Can I just say what a relief to find someone who actually knows what theyre talking about on the internet. You definitely know how to bring an issue to light and make it important. More people need to read this and understand this side of the stor. I cant believe youre not more popular because you definitely have the gift.
Nice website! I’ve bookmarked it and will be returning soon.
Dari membaca tulisan ini, sepertinya ibu Tri ( ih namanya sama dengan isteri saya nih ! Tri Lestari..he) pantas jadi psikolog atau konseling gitu. Pemahamannya dalam sekali. Sukses buat ibu deh !
mau nanya.. klu orang tua yang sudah pikun dan prilakunya seperti anak2, masuk kategori mana bu…??? hehehe
Super post it is definitely. My mother has been searching for this info.
Usia memang bukan jaminan kedewasaan. Saya punya banyak teman yang usianya sudah tidak bisa dibilang muda lagi, tapi mereka tidak punya perencanaan hidup yang baik dan tujuan jangka panjang yang jelas. Menurut saya usia benar-benar tidak bisa dijadikan ukuran sifat dewasa.
Ternyata, saya harus belajar memaknai hidup… bukan kedewasaan yang dibuat2 yah bu… :
maksih infonya ya… 🙂
yes i’m surely agreee with your anzzasd
dapat tambahan ilmu lagi tentang kehidupan. terimakasih bu
kedewasaan seseorang memang tidak bisa diukur dari usianya. tidak jarang orang yang secara usia sudah tua justru berperilaku seperti anak-anak, suka merengek dan sebagainya. dan tidak jarang pula orang yang secara usia masih muda bisa bersikap lebih bijak dalam menyikapi sebuah permasalahan. memang tidaklah mudah untuk berperilaku dewasa. semua itu butuh proses.
tua? belum menjamin tingkat kedewasaan kita..
terkadang masa muda ada yang sudah dewasa, jadi tidak selalu yang tua itu dewasa 🙂
Benar sekali, kebanyakan dari kita memang hanya tua di usia, tetapi belum bisa menjadi dewasa dalam menyikapi sebuah kehidupan, dalam melakukan suatu karya dalam hidup yang kita jalani.
tapi banya yang dewasa sebelum waktunya,,karena sex bebasdimana mana prihatin saya
http://www.telekomuniversity.ac.id
tua merupakan suatu penanda yang menandakan umur.sedangkan dewasa merupakan penanda yang menandakan sikap.so tua blm tentu dewasa, dan begitu jg sebaliknya,.nice info
I have to say, interesting subject