Sepertinya kerja jadi komentator itu menyenangkan ya. Tapi ada bedanya lho, antara komentator sepak bola dengan komentator status (Pesbuk contohnya). Satu yang paling menonjol, kalo di Pesbuk, orang sibuk mengomentari sekehendak hatinya, ya memang sih kebanyakan mengungkapkan perasaan. Sedangkan komentator bola, pasti berbicara dulu tentang sejarah tim, diikuti dengan model-model strategi untuk kemudian dilakukan analisis terhadap kemungkinan kemenangan atau kekalahan (ujung2nya juga, peramalan).
Koq jadi ngomongin komentator ya!
OK, bila dibandingkan dengan software, banyak juga orang yang bilang (padahal bukan software expert)… “softwaremu gak bermutu!”, “aplikasi apa ini perhitungan saja bisa sampai minus?”, dan lain sebagainya yang sepertinya mencemooh (sudah karakter kali ya). Padahal mereka yang bilang seperti itu, (memang kecil tapi) ada kemungkinan adalah mereka yang tidak memahami konsep kualitas (kembali lagi, sudah karakter juga sepertinya).
gambar diambil dari http://devcogen.com/
Definisi
Secara umum, barang yang berkualitas adalah barang yang berkonotasi mewah, berkelas, mahal, kompleks. Professional mendefinisikan kualitas sebagai “comformance to quality” dan “fitness for use” (Crosby, 1979).
Comformance to quality, berarti kebutuhan (requirement) harus didefinisikan dengan tepat dan jelas sehingga tidak ada kesalahpahaman. Comformance dinilai dalam bentuk defect (cacat) rate dan reliability. Sedangkan fitness for use mengutamakan kebutuhan dan harapan customer, yang melibatkan apakah produk tersebut cocok dengan mereka.
IEEE (IEEE, 1990) mendefinisikan kualitas sebagai “the degree to which a system, component or process meets customer or user needs or expectations”.
Total Quality Management (TQM)
Merupakan pendekatan manajemen terhadap peningkatan kualitas . Secara umum, TQM merupakan tujuan jangka panjang dalam mencapai tingkatan kesuksesan dengan cara mengkorelasikan antara kualitas dengan kepuasan customer. Penerapan TQM menghasilkan berbagai model kualitas, seperti Total Quality Control (Hewlett-Packard), Six Sigma (Motorola), Market Driven Quality (IBM AS/400). Framework lain yang dibangun berdasar TQM, antara lain Plan-Do-Check-Act (PDCA) (Deming, 1986), Quality Improvement Paradigm (Basili, 1985), Capability Maturity Model (CMM) (Humphrey, 1989) , dan Lean Enterprise Management (LEM) (Womack, 1990).
Pengukuran kualitas perangkat lunak
Pengukuran perangkat lunak dibagi menjadi 3 yaitu (1) pengukuran produk seperti ukuran, kompleksitas, performa; (2) pengukuran proses digunakan untuk peningkatan development dan maintenance; dan (3) pengukuran proyek yang lebih difokuskan pada karakteristik dan eksekusi proyek. Pengukuran kualitas perangkat lunak merupakan bagian dari pengukuran perangkat lunak yang lebih fokus pada produk dan proses. Pengukuran kualitas, idealnya dilihat pada seluruh bagian dalam perspektif software development life cycle (SDLC). Sehingga, bukan tidak mungkin untuk mencapai maintenance (pemeliharaan) yang baik juga diperlukan kualitas perangkat lunak yang baik.
CMMI memberikan sebuah definisi bahwa kualitas dan performa meliputi requirement untuk kualitas perangkat lunak, kualitas service, dan performa proses. Pembangunan requirement mendeskripsikan tiga tipe requirement yaitu (1) customer requirements (quality in use), product requirements (external quality attributes), dan (3) product-component requirements (internal quality attributes). Sehingga dapat dipastikan bahwa pembangunan requirement secara eksplisit menentukan kualitas perangkat lunak. Standarisasi kualitas secara internasional diatur dalam dokumen ISO/IEC 9126. Tujuan utama standarisasi ini adalah memperjelas persepsi dalam pengembangan perangkat lunak, khususnya pada definisi “sukses”.
Referensi:
- Kan, Stephen H..2002. Metric and Models in Software Quality Engineering, 2nd Edition. Indianapolis. Addison Wesley.
- Wikipedia. ISO/IEC 9126. http://en.wikipedia.org/wiki/ISO/IEC_9126. diakses tanggal 1 September 2010