Catatan diperjalanan di pagi ini.


Pagi, ini seperti biasanya saya lewati jalan yang mulai tampak rame.
Lalu lintasnya, disepanjang perjalanan hati saya bergemuruh melihat orang-orang mulai teraktifitas pagi.

Bismillah, semoga niat aktifitas apapun yang kita lakukan adalah bernilai ibadah dan menjadi kebaikan bagi sesama. Khususnya ortu, keluarga dan sesama. Dalam diam dalam perjalanan hati saya dikejutkan dengan pemandangan yang mungkin tampak biasa. Tetapi mata ini sampai menitikan air mata melihat nya.

Terlihat seorang lelaki di pinggir jalan, MAAF orang menyebutnya orang gila. Dalam keadaan seperti itu, tanpa busana yang pantas, dengan keadaan seperti itu dan tersenyum melihat orang lalu lalang di depannya.

“Ya Allah, ampuni semua dosanya.
Berikan dia, kesembuhan dan pertolongan doa dalam hatiku”.

———————————————————————
Sambil beristigfar dalam hati, tak henti hati ini malu dengan NYA.
Bagaimana tidak, kita diberikan nikmat yang luar biasa tapi masih saja sering mengeluh.
Sering mengeluh dan kurang bisa bersyukur.

Nikmat kesehatan jiwa dan raga, itulah Nikmat yang sangat luar biasa.
Dalam hati, kuucapkan Alhamdulillah….
Terima kasih yang Allah atas semuanya, nikmat yang sangat luar biasa ini.
Alhamdulillah….

Perjalananpun saya lanjutkan, dengan mengucapkan  syukur dan berdzikir dalam hati, mata ini melihat kejadian di depan sana. Ada bendera putih, ada orang meninggal.
Dalam hati berdoa, ya Allah ampuni semua dosanya, dan berikan keluarganya ketabahan.

Tiada henti, saya beristigfar dan mengucap syukur.
Alhamdulillah, kita masih diberikan nikmat usia. Masih diberikan kesempatan merasakan nikmatnya hidup. Alhamdulillah…..
Begitu banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita semuanya. Kadang karena kesibukan kita sering lupa karenanya.

Alhamdulillah…
Jadi teringat, dan malu juga.
Kapan ya? Kita terakhir sujud syukur?????..
Marilah kita berdoa semoga Allah memberikan kita kesempatan hidup yang baik di jalan Allah, selalu ingat Allah dan istiqomah dalam syukur pada Nya. Amin yra..

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)

Ibnu Baththol mengatakan, ”Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu senggang dan nikmat sehat), hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur pada Allah atas nikmat yang diberikan. Bersyukur adalah dengan melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan Allah. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu.”

Ibnul Jauzi mengatakan, ”Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan urusan dunianya. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun ia dalam kondisi tidak sehat. Apabila terkumpul pada manusia waktu luang dan nikmat sehat, sungguh akan datang rasa malas dalam melakukan amalan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu (terperdaya).”

Ibnul Jauzi juga mengatakan nasehat yang sudah semestinya menjadi renungan kita, “Intinya, dunia adalah ladang beramal untuk menuai hasil di akhirat kelak. Dunia adalah tempat kita menjajakan barang dagangan, sedangkan keuntungannya akan diraih di akhirat nanti. Barangsiapa yang memanfaatkan waktu luang dan nikmat sehat dalam rangka melakukan ketaatan, maka dialah yang akan berbahagia. Sebaliknya, barangsiapa memanfaatkan keduanya dalam maksiat, dialah yang betul-betul tertipu. Sesudah waktu luang akan datang waktu yang penuh kesibukan. Begitu pula sesudah sehat akan datang kondisi sakit yang tidak menyenangkan.”[1]

‘Umar bin Khottob mengatakan,

إنِّي أَكْرَهُ الرَّجُلَ أَنْ أَرَاهُ يَمْشِي سَبَهْلَلًا أَيْ : لَا فِي أَمْرِ الدُّنْيَا ، وَلَا فِي أَمْرِ آخِرَةٍ .

“Aku tidak suka melihat seseorang yang berjalan seenaknya tanpa mengindahkan ini dan itu, yaitu tidak peduli penghidupan dunianya dan tidak pula sibuk dengan urusan akhiratnya.”

Semoga Allah selalu memberi kita taufik dan hidayah-Nya untuk memanfaatkan dua nikmat ini dalam ketaatan. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang tertipu dan terperdaya.

This entry was posted in Renungan Lusi. Bookmark the permalink.

Comments are closed.