Category Archives: Humaniora

Media Sosial dan Curhat

Hingga pagi ini saat saya menulis tulisan ini dari sebuah penginapan di Jogja :), halaman beranda FB tidak berhenti bergeser, begitu juga dengan TW yang saya miliki. Kebanyakan sih masih berisi status yang terkait dengan linkungan sekitar pemiliknya, sampai keresahan nasional. Ada yang menggunakannya untuk mendapat bahkan membentuk opini dari sebuah isu :), buat saya sih ok, selama hal tersebut dilakukan dengan kesadaran dan tanggung jawab penuh dari penulis/pemilik akun tersebut.

Jangan menyalahkan orang lain

)

Saling tunjuk ...
(courtesy http://rdrrohmiyati.files.wordpress.com)

Tulisan ini saya tulis ulang dari tulisan yang dimuat majalah SWA edisi 03/XXVIII/2-15 Februari 2012 dengan judul tulisan yang sama. Tulisan yang ditulis oleh Pongki Pamungkas tersebut cukup menarik sehingga saya coba tulis ulang dengan gaya bahasa saya :D. Bagian awal tulisan ini cukup menarik, dengan memberi gambaran tentang anak kecil yang menuangkan sendiri minumannya. Pasti tumpah, dan kita pasti siap dengan kain pel untuk mengelapkannya. Menurut Pongki, proses penumpahan ini penting, dengan membiarkannya melakukan kesalahan, kita dapat mengarahkan anak, cucu, atau adik kecil kita agar tidak menumpahkan minuman lagi. Tulisan berikutnya saya kutip langsung dari majalah tersebut …,

“Komitmen itu mahal,”

courtesy http://hanyenthestory.blogspot.com/

Sebuah kalimat yang terucap dari Dahlan Iskan saat diundang tanggal 16 November malam di tengah Rapat Dewan Juri Marketer of the Year 2011, di Ruang Pertemuan PT Angkasa Pura 2 dekat Lapangan Terbang Sukarno-Hatta. Buat saya kalimat tersebut sederhana tapi punya makna cukup dalam. Kenapa ?, secara bahasa saja, dalam kamus besar bahasa Indonesia, Komitmen sama dengan “perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu”. Dari sisi karakter, komitmen merupakan pilihan berani, ketika berkomitmen tentang sesuatu hal kita harus melaksanakannya dengan serius, terlepas berhasil atau tidak. Hal ini yang jarang orang mau (terlebih lagi berani) untuk mengambilnya. Beberapa waktu lalu, ketika saya harus “diserbu” oleh mahasiswa yang mengumpulkan laporan KP tepat sehari dan tepat pada hari H, semakin merasa perlunya setiap individu memiliki komitmen. Contoh sederhana tentang pengumpulan laporan KP, komitmen awal bahwa pada tanggal 20 Januari 2012 adalah batas akhir pengumpulan laporan KP dan seluruh kelengkapannya. Tetapi apa yang terjadi ?, sampai hari ini pun, 26 Januari 2012 masih saja ada mahasiswa yang memohon untuk diberi keringan mengumpulkan :(. Sungguh ironis, disaat (dalam skala besar) bangsa ini membutuhkan pemimpin dengan komitmen tinggi masih saja ada yang mempermasalahkan hal kecil, seperti batas akhir pengumpulan.

Learn from the Ant

Semut (courtesy : semut)

Tulisan ini saya ambil dari buku saya yang udah kumel 🙂 berjudul Fight Like a Tiger Win Like a Champion sebuah karya dari Darmadi Darmawangsa dan Imam Munadhi. Tetapi saat mencari-cari gambar semut, ada juga tulisan dari Dewa Dirga, tentang serangan semut yang menggila di tempat tinggalnya :).

Kalo tulisan ini, di bagian buku tersebut, tepatnya di halaman 324 – 325 ada sebuah seksi yang membahas Learn from the Ant. Sepintas saya sempat berpikir apa yang menarik dari seekor semut, selain memang meraka tertib berlalu-lintas 😀 serta saling bertegur sapa. Setelah membaca lebih jauh, memang ada hal lain yang sebelumnya saya tidak terpikir apalagi sampai memperhatikannya 🙂

Beberapa hal yang dapat kita pelajari adalah :

Menjadi Terkenal atau Biasa Saja

Judul tulisan ini, merupakan salah satu judul bab di buku “B2B Brand Management : Dengan Branding Membangun Keunggulan dan Memenangi Kompetisi” yang ditulis oleh Philip Kotler dan Waldemar Pfoertsch, ditulis sekitar tahun 2006. Dalam bab tersebut dibahas dengan jelas (bahkan detail) tentang pentingnya branding. Sebuah definisi menarik dan sederhana tentang branding diungkapkan oleh Scott Bedburry (penulis buku A New Brand World) dalam buku tersebut, yaitu : “Branding itu tentang membawa sesuatu yang biasa dan meningkatkannya dengan cara-cara yang membuatnya menjadi lebih berharga dan bernilai“.

Brand memfasilitasi identifikasi produk (barang dan jasa) dan bisnis serta mendiferensiasikannya dari persaingan. Dan brand boleh dibilang merupakan alat efektif untuk mengkomunikasikan manfaat dan nilai produk. Lebih jauh lagi brand merupakan jaminan kualitas dan performa produk.

Terbelenggu gadget (telepon tangan)

Sepengetahuan saya, teknologi (apapun) diciptakan dan dibuat untuk memudahkan segala urusan manusia :). Mulai dari teknologi pertanian hingga teknologi informasi (TI) yang hampir setiap menit kita nikmati. Agak jengah juga ketika teknologi, khususnya TI, lebih khusus lagi gadget, dan lebih vulgar lagi adalah handphone (hand=tangan, phone=telepon, –> telepon tangan) terlihat “menyiksa” penggunanya :D. Entah tersiksa atau menyodorkan diri untuk disiksa telepon tangan.

Toilet ramah lingkungan, seramah perilaku penggunanya ?

Judul tulisan ini agak-agak jengah juga 🙂

Kenapa ? jarang ada toilet yang bersih di muka bumi Indonesia ini yang katanya menjunjung tinggi budaya. Mengeluh mode ON :D. Padahal, konon kabarnya kebersihan sebagian dari iman, tapi …. pipis aja gak disiram :D. Pagi tadi baca kompas edisi cetak di kolom Ilmu Pengetahuan & Teknologi, ada judul “Toilet KA Ramah Lingkungan”. Bagus juga, tapi tidak mengejutkan, kenapa ? pertanyaan yang ada di kepala saya : “berapa lama fasilitas itu bisa berfungsi dengan baik ? “, apatis ?, bisa jadi 😛

Skip to toolbar