Kantong Plastik

Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan (KLHK) mengeluarkan kebijakan kantong plastik berbayar pada usaha retail modern mulai 21 Februari 2016 menuai berbagai macam reaksi masyarakat. Ada sebagian masyarakat yang setuju, ada yang tidak peduli, namun lebih banyak yang tidak setuju. Melalui Surat Edaran Kementerian Lingkungan Hidup nomor SE-06/PSLBe-PS/2015, kebijakan kantong plastik berbayar pada usaha retail modern ini akan diujicobakan di 22 kota di Indonesia. Pemberlakuan kebijakan pemerintah ini dimulai bertepatan dengan peringatan Hari Peduli Sampah Nasional pada tanggal 21 Februari 2016.

KLHK menetapkan harga minimal standar Rp. 200 untuk setiap kantong plastik, namun setiap kota diberi kebebasan memberlakukan harga sendiri. Pemkot Surabaya menetapkan harga minimal standar untuk setiap kantong plastic, sedangkan Pemprov DKI Jakarta memberlakukan harga Rp. 5.000 di semua tempat perbelanjaan baik swalayan, minimarket, dan pasar tradisional. Sementara pemkot Balikpapan menetapkan harga Rp. 1.500 per kantong plastik.

Hari Senin tanggal 22 Februari yang lalu, saya berbelanja di salah satu minimarket dekat rumah.  Waktu saya bayar belanjaan saya, kasir memberitahu tambahan biaya Rp. 200 untuk kantong plastik yang diberikan kepada saya. Terus terang, saat itu saya sempat bertanya apa memang ada kebijakan seperti itu dari pemerintah, atau kebijakan dari minimarket itu saja. Maklum, sampai saat itu, saya belum tahu adanya kebijakan pemerintah tentang kantong plastik berbayar.

Seperti pemberlakuan beberapa kebijakan pemerintah lainnya, faktor yang banyak menimbulkan keluhan masyarakat adalah minimnya sosialisasi. Banyak orang yang belum mengetahui kebijakan tentang kantong plastik berbayar dan kapan akan diberlakukan. Hal ini menyebabkan banyak yang mengomel bahkan menolak membayar biaya kantong platik tersebut. Seperti yang saya alami waktu itu, seorang bapak terlihat bersilat lidah dengan kasir karena keberatan dikenakan biaya tambahan dua ratus rupiah untuk kantong plastik belanjaannya. Bapak itu merasa sudah kewajiban minimarket memberi kantong plastik bagi pelanggannya. Kalau tidak, bagaimana saya bawa belanjaan saya, begitu argumen Bapak itu. Kasihan sekali kasir yang hanya menjalankan tugas, harus menerima omelan para pelanggannya.

Tujuan kebijakan kantong plastik berbayar sebenarnya cukup baik, yaitu untuk mengurangi penggunaan bahan plastik yang terkenal tidak ramah lingkungan. Jadi kita didorong untuk membawa tas belanja sendiri sedari rumah. Dengan harapan dapat menekan penggunaan kantong plastik secara signifikan.

Terkait kantong plastik, ada satu kebiasaan yang selama ini saya lakukan, yaitu melipat kantong plastik hasil belanjaan menjadi bentuk segitiga. Kantong plastik itu lalu saya kumpulkan ke laci sesuai ukuran kantong. Kebetulan ada lemari dengan laci yang pas untuk menyimpan berbagai ukuran lipatan kantongan plastik. Kebiasaan ini saya lakukan untuk mengantisipasi sewaktu-waktu membutuhkan kantong plastik. Seringkali kita bingung mencari kantong plastik kesana kemari. Kalaupun dapat kadang harus bongkar tumpukan kantongan untuk mencari ukurannya yang pas dengan kebutuhan kita. Alasan lain kebiasaan saya ini adalah masalah kerapian. Saya paling tidak tahan bisa melihat kantongan plastik yang ditaroh atau menumpuk sembarangan meskipun tersimpan dalam laci sembarangan yang tidak terlihat orang dari luar.

Saya paling banyak menyimpan kantong plastik yang mempunyai ukuran besar khususnya ukuran jumbo. Kantong plastik ini sulit didapat kalau tidak belanja barang ukuran tertentu. Ada juga kantong plastik dengan ukuran yang tidak lazim. Misalnya tidak terlalu lebar tapi panjangnya melebihi kantongan plastik pada umumnya. Selain itu warna kantong plastik juga jadi alasan saya melipat dan menyimpannya. Warna kantong selain hitam, akan saya lipat dan simpan rapi di laci. Misalnya untuk makanan saya lebih suka memakai kantongan plastik warna putih atau bening dibandingkan warna hitam.

Nah, dengan kebijakan pemerintah sekarang ini, saya tidak perlu bingung mencari kantongan plastik. Sekarang saya bisa memakai kantong plastik yang masih tersimpan rapi di laci lemari. Mulai sekarang saya akan bawa kantong plastik sendiri dari rumah dengan jumlah dan ukuran sesuai yang saya butuhkan. Tinggal menyesuaikan ukurang dengan barang dan jumlah belanjaan saya.

Ternyata kebiasaan melipat dan menyimpan kantong plastik saya berguna juga ya…

Posted in Kultur - Sosial | Tagged , , , | Leave a comment

Berikan Senyuman Tulusmu

Sebulan yang lalu saya baru menyadari, dibalik pagar berwarna hitam itu, duduk seorang nenek di kursi rodanya. Nenek itu duduk seorang diri di sana tanpa ditemani siapapun. Wajahnya terlihat muram tanpa senyuman. Beliau lebih banyak tertunduk, hanya sesekali menengadahkan kepalanya melihat kendaraan yang lewat.

Saya sebenarnya setiap hari melewati rumah ini, tapi saya sama sekali tidak tahu sejak kapan nenek itu berada di sana. Tapi sejak saya menoleh ke pagar itu kurang lebih sebulan yang lalu, saya baru menyadari ada seseorang duduk di balik pagar hitam itu. Sejak itulah saya selalu tersenyum kepada beliau sambil menganggukkan kepala.

Pada awalnya beliau tidak memberikan respon atas sapaan saya. Beliau hanya melihat saya masih dengan wajah muramnya. Namun ketika melewati rumah itu setiap pagi, saya selalu dengan sengaja melambatkan kendaraan saya.  Saya selalu menyempatkan menyapa beliau dengan senyuman tulus dan menganggukkan kepala kepadanya. Sekitar seminggu sejak sapaan pertama saya, beliau mulai membalas sapaan saya dengan senyum simpulnya. Tidak lebar memang namun terlihat jelas ada senyuman di bibirnya. Hal ini terus berlangsung dari hari ke hari.

Sepertinya senyuman dan anggukan kepala saya cukup menyentuh hati nenek tersebut. Tanpa terasa mulai terlihat perubahan di wajah tuanya. Senyuman beliau semakin hari semakin lebar telah merubah wajah beliau menjadi semakin bahagia. Beliaupun sekarang sering menanggukan kepalanya kepada saya. Terkadang saya sampai merasa beliau duduk di sana menunggu senyuman saya. Karena setiap kendaraan saya melewatinya, beliau sudah tersenyum dan menanggukkan kepala kepada saya (mungkin ini saya saja yang ke-geer-an). Saya pun merasa bahagia melihat hal itu.

Tanpa terasa sebulan lebih sudah kondisi ini berlangsung. Pagi hari ini, saya mendapat surprise yang luar biasa. Nenek itu membalas sapaan saya dengan senyuman cerianya sambil melambaikan tangannya. Tangannya terangkat tinggi dan melambai-lambai kepada saya. Wow…

Bahagia sekali melihat semangat hidup beliau seperti kembali lagi. Semua hanya berawal dari sebuah senyuman dari seseorang yang beliau tidak kenal. Senyuman dan anggukan kepala saya mungkin telah membuka mata hati beliau bahwa di dunia ini masih ada yang memperhatikan dirinya. Hal ini berpengaruh pada semangat hidupnya yang kembali menyala.

Itulah kekuatan senyuman tulus yang kita berikan. Karena itu, jangan segan untuk memberi senyuman tulus kita kepada siapapun yang kita temui. Sebanyak apapun senyuman kita berikan, kita tidak akan pernah kehabisan. Kita tidak akan pernah tahu, kapan dan kepada siapa senyuman tulus kita dapat membangkitkan semangat hidup dan membawa kebahagiaan.

Ayo, tersenyumlah… agar semakin banyak orang yang berbahagia…

 

Posted in Kultur - Sosial | Tagged , | Leave a comment

Peran Sistem Teknologi Informasi dalam Meningkatkan Daya Saing Bangsa

Daya saing suatu negara menjadi tolok ukur yang sangat diperhitungkan dalam memasuki era globalisasi khususnya era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang mulai diberlakukan bertepatan dengan pergantian tahun baru 2016. Tidak dapat dipungkiri lagi, di era globalisasi sekarang ini peran sistem dan teknologi informasi (STI) menjadi semakin krusial dalam meningkatkan daya saing bangsa. Kebutuhan STI semakin tinggi seiring dengan kemajuan STI yang sangat pesat. Bahkan STI telah mempengaruhi gaya hidup dan cara bertransaksi masyarakat yang diistilahkan dengan e-life, seperti e-commerce,e-bankinge-learninge-librarye-journale-goverment dan segala hal yang berbasis elektronika dan diakses melalui internet atau secara online.

Dalam Global Competitiveness Report 2015-2016 yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF), Indonesia menempati peringkat 37 dari 140 negara di seluruh dunia. Peringkat ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014 yang menempatkan Indonesia pada peringkat 34. Peringkat 34 merupakan peringkat terbaik yang pernah diraih Indonesia sejak indeks daya saing pertama kali dirilis pada tahun 2009. Sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, peringkat Indonesia dibandingkan negara ASEAN masih tertinggal dari Singapura di peringkat 2, Malaysia di peringkat 18 dan Thailand yang berada di peringkat 32. Namun Indonesia menggungguli negara Filipina yang berada di peringkat 47, Vietnam di peringkat 56, Laos di peringkat 83, Kamboja di peringkat 90, dan Myanmar di peringkat 131. Jika dibandingkan negara di luar Asia Tenggara, peringkat daya saing Indonesia masih lebih baik dari Portugal (38), Italia (43), Rusia (45), Afrika Selatan (49), India (55), dan Brasil di peringkat 75.

Pilar kesiapan teknologi merupakan salah satu pilar yang digunakan WEF dalam menentukan indeks daya saing suatu negara. Rendahnya pilar kesiapan teknologi Indonesia inilah yang menjadi salah satu kelemahan daya saing Indonesia di kancah dunia. Variabel penyebabnya adalah jumlah pengguna komputer dan internet yang masih rendah. Selain itu, tingkat absorsi teknologi pada level perusahaan dinilai masih terlambat mengikuti perkembangan teknologi terkini sehingga turut berkontribusi menurunkan skor pilar kesiapan teknologi Indonesia.

Kondisi ini sungguh ironis mengingat hasil riset International Data Corporation (IDC) menyatakan belanja STI Indonesia diperkirakan mencapai USD 14,1 miliar pada tahun 2015. Menurut Country Manager IDC Indonesia, pertumbuhan belanja STI di Indonesia merupakan yang terbesar dibanding negara-negara Asia Tenggara lainnya. Untuk mengejar ketertinggalan dalam kesiapan teknologi, pemerintah berkomitmen mendorong adopsi STI pada tahun 2016 di berbagai sektor industri dan pengembangan digital ekonomi. Hal ini berdampak pada pertumbuhan belanja STI Indonesia tahun 2016 yang diperkirakan meningkat sebesar 8,3% atau mencapai USD 15,3 miliar. Belanja STI Indonesia ini diperkirakan akan menyumbang 2,7% terhadap produk domestik bruto Indonesia.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika pada dasarnya menyadari bahwa kemampuan mengumpulkan, mengolah dan memanfaatkan informasi mutlak dimiliki oleh suatu bangsa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa serta taraf dan kualitas hidup masyarakatnya. Hal tersebut telah tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika 2010-2014. Oleh karena itu, dalam Rencana Jangka Panjang Nasional 2005-2025 yang terdapat dalam UU No. 17 Tahun 2007, pemerintah telah menetapkan sasaran untuk mewujudkan masyarakat informasi Indonesia pada periode jangka menengah ketiga, yaitu tahun 2015-2019.

Selain itu, pemerintah Indonesia juga mempunyai ambisi untuk menjadi negara terbesar bidang ekonomi digital di Asia Tenggara (Antara, Des. 2015). Pemerintah akan menjadikan sektor tersebut sebagai salah satu kontributor utama dalam perekonomian nasional pada tahun 2020 mendatang. Untuk mewujudkan ambisi besar tersebut, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika telah meluncurkan program mencetak seribu wirausaha berbasis teknologi atau dikenal dengan istilah teknopreneur.  Program ini jelas membuka  peluang besar bagi masyarakat khususnya alumni dan mahasiswa perguruan tinggi yang telah menerapkan kurikulum berbasis teknologi informasi dan mengembangkan jiwa kewirausahaan untuk meraih peluang bisnis yang terbuka luas.

Dalam tata laksana pemerintahan sendiri, penerapan STI juga sangat mendesak untuk direalisasikan dengan tujuan membentuk tata kerja pemerintahan menjadi lebih sederhana, responsif, dan transparan yang lebih dikenal dengan istilah e-government. Beberapa manfaat yang diperoleh dengan implementasi e-government antara lain: 1. Peningkatan kualitas layanan publik kepada masyarakat. Karena melalui penerapan STI memungkinkan masyarakat mengakses semua informasi pemerintah dan layanan melalui website yang dikelola oleh pemerintah; 2. Peningkatan efisiensi pelaksanaan tugas pemerintahan. Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas, maka peyediaan data, informasi dan komunikasi dapat meningkatkan efisiensi secara signifikan; 3. Peningkatan hubungan transparansi dalam proses pengambilan keputusan tentang anggaran dan pengeluaran, kebijakan, dan lain sebagainya sehingga terjalin yang lebih baik antara pemerintah, para pelaku bisnis dan masyarakat; 4. Mengurangi korupsi sehingga dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap pemerintah; dan 5. Meningkatkan produktivitas kerja sekaligus kualitas sumber daya manusia melalui penyederhanaan administrasi, pemangkasan birokrasi, dan peningkatan informasi pemerintah.

Fakta-fakta yang ditunjukkan pada paparan di atas membuktikan STI memiliki peranan penting dalam meningkatkan daya saing bangsa yang tidak perlu diperdebatkan lagi. Untuk itu, pemerintah harus melakukan percepatan penyediaan infrastruktur jaringan informasi agar kualitas informasi dapat diakses dengan mudah dan murah. Hal ini akan membantu meningkatkan pemerataan literacy masyarakat yang disebabkan juga oleh kesenjangan kemampuan masyarakat untuk mengakses jaringan internet. Ketersediaan infrastruktur jaringan informasi juga dapat mendorong perusahaan-perusahaan baik swasta maupun perusahaan milik negara untuk memanfaatkan STI dalam memenangkan persaingan bisnis yang semakin kompleks. Dengan upaya serius yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan absorsi STI, diharapkan daya saing negara Indonesia yang kita cintai ini dapat terus meningkat sehingga Indonesia mampu menjadi negara yang pantas diperhitungkan diantara negara-negara di seluruh dunia.

17 Februari 2016.

Artikel ini dimuat di Stikom Surabaya News

Posted in Artikel | Tagged , , | Leave a comment

Jadilah Pelaku di Era MEA, Jangan Hanya Jadi Penonton

Malam menjelang pergantian tahun baru 2016 dimeriahkan masyarakat dengan pesta kembang api yang indah. Suara petasan juga terdengar di sana sini meskipun sudah dilarang aparat kepolisian. Entah disadari atau tidak, suara petasan dan kembang api pada pergantian tahun kali ini, menandai pula dimulainya era baru bagi Indonesia dan negara-negara yang tergabung dalam Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) yaitu mulai diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) atau disingkat dengan MEA.

Konferensi tingkat tinggi (KTT) ke-9 ASEAN di Bali 2003 telah digagas sebuah kawasan integritas ekonomi kuat antar negara Asia Tenggara yang akan dimulai pada 2020. Mengingat tekanan persaingan global terutama dari China dan India yang semakin kuat, maka pada KTT Manila 2007 disepakati percepatan pemberlakuan MEA mulai 2015.

Dalam kesepakatan tersebut, tertulis empat pilar utama dalam mencapai tujuan MEA yaitu: 1. Single market and production base, 2. Competitive economic region, 3. Equitable economic development, dan 4. Integration into the Global Economy. Untuk memperkuat keempat pilar tersebut, diterapkan pula konsep free flow of goods, services, investment, capital, dan skilled labour (ASEAN, 2014) untuk menghapus segala bentuk hambatan perdagangan demi kesejahteraan kesepuluh negara anggota ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei, Laos, Kamboja, Myanmar, dan Vietnam.

Pada awal penerapan MEA memprioritaskan 12 sektor yaitu perawatan kesehatan (health care), turisme (tourism), jasa logistik (logistic services), e-ASEAN, jasa angkutan udara (air travel transport), produk berbasis agro (agrobased products), barang-barang elektronik (electronics), perikanan (fisheries), produk berbasis karet (rubber based products), tekstil, dan pakaian (textiles and apparels), otomotif (automotive), dan produk berbasis kayu (wood based products).

Pertanyaan yang sering kita dengar begitu MEA didengungkan adalah sudah siapkah kita menghadapi MEA? Banyak yang optimis, namun jauh lebih banyak yang pesimis. Coba kita tengok indikator Human Development Index (HDI) 2013 yang dirilis United Nations Development Programme (UNDP). Indonesia dengan segala kekayaan sumber daya alam yang berlimpah ruah, memiliki HDI rendah yaitu 0,62 yang dikategori medium human development. Indonesia hanya sedikit unggul Timor Leste, Myanmar dan Kamboja, namun kalah jauh dengan Malaysia (0,76), Singapura (0,89) dan Brunei (0,85).  Tengok pula Global Competitiveness Index (GCI) 2013–2014 yang dikeluarkan World Economic Forum (WEF) dimana Indonesia menduduki peringkat 38 dari 148 negara. Lalu bagaimana denganCorruption Perceptions Index (CPI) 2013 yang dikeluarkan Transparency International? Ternyata Indonesia menempati peringkat 114 dari 177 negara yang disurvei. Artinya korupsi di negara kita masih sangat tinggi.  Bagaimana pula dengan kemampuan teknologi Indonesia? Berdasarkan hasil survei Global Growth Competitiveness Index, Indonesia berada di peringkat 46, masih tertinggal jauh dari Thailand (39), Brunei Darussalam (28), Malaysia (21), apalagi Singapura yang menempati urutan ke 2.  Rendahnya kontribusi teknologi ini menyebabkan rendahnya efektifitas, efisiensi dan produktivitas proses bisnis perusahaan. Berdasarkan keempat indikator tersebut, Indonesia diragukan mampu mempersiapkan diri dengan baik. Padahal Philip Kottler, seorang pakar marketing, menyatakan bahwa sebuah bangsa dapat berkembang maju di era globalisasi apabila mampu menyiapkan pembangunan infrastruktur fisik, infrastruktur teknologi, kekuatan human capital dan dukungan infrastruktur untuk usaha kecil menengah dengan baik.

Terdapat tiga hal penting yang dapat memberi peluang sekaligus tantangan bagi kita dengan diterapkannya MEA, yaitu: 1. Daya saing perusahaan semakin tinggi, 2. Pangsa pasar yang semakin luas, dan 3. Meningkatnya persaingan tenaga kerja. Dalam hal daya saing perusahaan, terjadi peningkatan persaingan antar perusahaan se-ASEAN yang semakin tajam. Diperkirakan banyak perusahaan asing yang akan berlomba berinvestasi di Indonesia, demikian pula terjadi di negara lain. Hal ini tentu berdampak pada terbukanya peluang kerja yang sangat besar bagi para tenaga kerja profesional. Namun tantangannya adalah di level manakah tenaga kerja kita mampu bersaing dengan tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia. Jangan sampai kita hanya menjadi bawahan dari para manajer dari bangsa asing.

Dengan diterapkannya MEA, maka pangsa pasar yang semula hanya sejumlah 250-an juta penduduk Indonesia, sekarang meluas mencapai lebih dari 630 juta penduduk se-ASEAN. Hal ini menjadi peluang besar bagi para entrepreneur muda yang kreatif dan inovatif untuk meraih peluang pasar. Tantangannya adalah kemampuan para entrepreneur untuk belajar akan budaya masing-masing negara agar produk dan jasa yang ditawarkan dapat diterima dengan baik di negara tujuan. Masing-masing negara memiliki kearifan budaya yang dapat mempengaruhi penerimaan barang maupun jasa yang ditawarkan.

Bagaimana dengan meningkatnya persaingan tenaga kerja? Inilah tantangan terbesar dihadapi masyarakat maupun pemerintah Indonesia. Mengacu Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengumumkan bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia sampai Agustus 2015 tercatat sebanyak 7,56 juta orang atau 6,18%. Persentase ini menunjukkan peningkatan TPT dibandingkan Agustus tahun 2014 sebanyak 5,94%. Jumlah pengangguran ini menunjukkan bahwa masih banyak tenaga kerja yang sulit bersaing dengan sesama tenaga kerja kita sendiri. Bisa dibayangkan, bagaimana mereka harus bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain. Di era MEA, mengandalkan skill saja tidak lagi cukup. Sertifikasi dan ijazah pendidikan tinggi menjadi kebutuhan tak terelakan untuk bersaing dengan tenaga kerja asing. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk meningkatkan standardisasi sertifikasi berskala internasional di Indonesia.

Di era globalisasi termasuk MEA sekarang ini, peran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat penting di berbagi bidang baik ideloogi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan, serta bidang lainnya. Penerapan TIK di banyak perusahaan membuka peluang besar bagi siapapun yang memiliki keahlian TIK. Penguasaan TIK menjadi sangat krusial dalam daya saing dengan tenaga kerja dari negara lain.

Dengan ditunjang soft skill kepribadian yang bisa dipercaya (kejujuran), perilaku santun, disiplin, mau bekerja keras, kreatif dan inovatif, serta soft skill lainnya, niscaya kita tidak lagi hanya menjadi tenaga kerja non terampil alias bawahan dari tenaga kerja asing. Tentu saja semua itu perlu ditunjang dengan kemampuan komunikasi dalam bahasa internasional atau bahasa daerah setempat. Tercatata di Thailand, pelatihan orang belajar bahasa Indonesia semakin meningkat. Di Vietnam telah muncul pelatihan bahasa Jawa bagi para tenaga kerja. Artinya tenaga kerja di negara tetangga kita telah bersiap diri untuk menyerbu ke negara kita. Bagaimana dengan persiapan kita sendiri?

Pada akhirnya, apapun yang terjadi, siap tidak siap, gong MEA telah didengungkan mulai 1 Januari 2016. Akankah kita hanya menjadi penonton dari sekian banyak peluang usaha yang tersedia? Hanya menjadi penonton kesuksesan tenaga kerja dari negara lain? Tentu saja kita semua termasuk pemerintah tidak mengharapkan hal tersebut terjadi. Dalam setiap perubahan, selalu muncul tantangan disertai peluang bagi kita. Peluang dan kesempatan masih terbuka lebar bagi kita untuk sukses. So, jadilah pelaku usaha di era MEA. Jangan sekalipun berpikir hanya menjadi penonton.

Surabaya, 20 Januari 2016.

Artikel ini dimuat di Stikom Surabaya News

 

Posted in Artikel | Tagged , , , | Leave a comment

Pelayanan Dengan Hati

Sore hari itu, hujan rintik-rintik mengiringi perjalanan pulang saya, dari kampus menuju jalan Kertajaya. Kebetulan melewati jalan Soekarno-Hatta, sekalian mampir ke BCA untuk transfer uang.

Sejak dari lampu ‘bangjo’ (abang ijo) perempatan jembatan dekat kampus, perjalanan mulai merambat karena banyak pengguna jalan saling mendahului agar terhindar dari hujan yang kelihatan akan semakin deras. Benar saja, sesampai di BCA, saya tidak bisa keluar dari kendaraan karena hujan mengguyur cukup deras.

Selagi menunggu hujan, tiba-tiba kaca kendaraan saya diketok oleh seorang Satpam. Ketika saya toleh, ternyata Bapak Satpam tersebut menawarkan payung kepada saya. Awalnya saya mengira Bapak Satpam mau mengantarkan saya ke ruang ATM. Ternyata bukan, Bapak tersebut menawarkan payung untuk saya gunakan. Saya sempat menolak karena kasihan kalau Bapaknya basah kehujanan gara-gara payungnya saya gunakan. Tapi Bapak Satpam tersebut dengan sopan dan penuh senyum “memaksa” saya untuk menerima tawarannya. Dengan berat hati saya menerima payung tersebut, dan menawarkan mengantarnya ke pos satpam. Tapi Bapak Satpam itu langsung berlari ke pos satpam tanpa menunggu saya keluar dari kendaraan.

Saya sungguh takjub dan salut dengan layanan Bapak Satpam tersebut yang begitu peduli kepada nasabah bank dimana dia bekerja. Bapak Satpam tersebut bahkan bersedia berbasah kuyup terkena hujan agar para nasabah tidak terganggu dengan hujan yang turun. Layanan yang sebenarnya tidak wajib dilakukannya. Kenapa? Karena layanan tersebut sudah diluar ekspektasi saya. Saya sebenarnya tidak berharap apalagi menuntut diberi layanan seperti itu. Apalagi saya hampir tidak pernah menemui Satpam semacam itu.

Bapak Satpam itu sudah memberi nilai tambah dalam layanan kepada nasabah bank dimana dia bekerja. Saya yakin Bapak Satpam tersebut memiliki sense of belonging yang luar biasa. Kesigapan, tanggung jawab dan ketulusan hati dalam melayani siapapun nasabah yang datang merupakan cerminan pelayanan dengan hati.

Peristiwa semacam ini kelihatannya simpel, tapi sadar atau tidak, layanan Bapak tersebut sudah tertanam dalam ingatan saya. Tanpa diminta, sayapun sudah menceritakan pengalaman ini kepada beberapa teman sehingga mereka jadi lebih suka pergi ke BCA cabang tersebut. Sekarang saya malah berbagi pengalaman ini dengan semua orang lewat tulisan ini. Bukankah hal seperti bisa menjadi media pemasaran yang efektif bagi suatu organisasi?

Bagaimana menurut pendapat Anda?

Posted in Marketing | Tagged , , | Leave a comment

Publikasi

2013

Haryanto Tanuwijaya. 2013. Pengukuran Tingkat Kematangan Sistem Informasi Berdasarkan Critical Success Factors Pada Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Surabaya, Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia, 2013.  <Download>

Haryanto Tanuwijaya. 2013. Pengaruh Faktor Kompleksitas Dan Kesesuaian Tugas-Teknologi Terhadap Kinerja Manajerial Melalui Tingkat Pemanfaatan Sistem Teknologi Informasi, Seminar Nasional Sistem & Teknologi Informasi, 2013.  <Download>

Posted in Publikasi Ilmiah | Comments Off on Publikasi

Melestarikan Bangunan Cagar Budaya

Pameran foto dokumentasi yang diselengarakan angkatan 2010 S1 Disain Komunikasi Visual STIKOM Surabaya sedang berlangsung dari tanggal 19-22 Februari 2013. Pameran foto  yang bertemakan “Surabaya Doeloe dan Sekarang” ini sangat bagus dan menarik. Selama pameran berlangsung, setiap pagi hari saya menyempatkan memandang foto-foto tersebut. Saya bilang memandang bukan melihat, karena saya benar-benar menikmati karya foto tersebut. Meski setiap hari dipandang, tidak ada bosannya menikmati karya foto bangunan cagar budaya karya mahasiswa S1 DKV ini. Karya foto ini benar-benar telah menampilkan sejarah soerabaja tempo doeloe.

Tema yang diusung pameran foto ini pas dengan gencarnya upaya masyarakat dan Pemerintah Kota Surabaya mempertahankan bangunan cagar budaya di tengah-tengah desakan bagunan dan gedung modern yang makin banyak bermunculan di kota Pahlawan ini.

 

Sayang ya pamerannya tinggal satu hari lagi. Semoga pameran ini banyak dikunjungi masyarakat dari luar kampus agar semakin besar rasa cintanya pada kota Surabaya. Kalau bisa pameran semacam ini dilaksanakan lagi di lain waktu dengan jumlah foto yang lebih banyak dan waktu pameran yang lebih lama. Bisa mengundang mahasiswa dan pencinta sejarah untuk ikut pameran di kampus STIKOM Surabaya, dan tidak ketinggalan Pemerintah Kota Surabaya.

Salut buat mahasiswa dan program studi  S1 Disain Komunikasi Visual STIKOM Surabaya. Maju terus, ditunggu karya-karya fenomental lainnya. Cia You.

 

Posted in Kultur - Sosial, Pendidikan | Tagged , , , , | Leave a comment

Kepedulian Wong Cilik

Mak Yati dan suaminya adalah pemulung yang menabung selama tiga tahun untuk berkurban dua ekor kambing saat Idul Adha. Mereka mengumpulkan dana sejak tiga tahun silam dari hasil mengumpulkan botol bekas dan barang lainnya. Dengan kondisi yang sulit, mereka masih bisa membantu masyarakat lain lewat kurban. Mereka telah memberi teladan bagaimana memberi dalam kekurangan.

Beberapa waktu lalu, dari kejauhan terlihat seekor kucing hitam mengerang kesakitan di tengah jalan yang sangat ramai. Sepertinya kucing itu baru saja dilindas mobil dan ditinggal kabur pengemudinya. Cukup lama, kucing tersebut kejang-kejang seperti itu di tengah jalan. Tampaknya tidak ada seorangpun yang mau menolong kucing tersebut. Di tepi jalan, tampak seorang Ibu penjual es keliling menangis di pinggir jalan sambil terus menatap ke arah kucing yang sedang kesakitan itu. Ternyata Ibu tersebut mau menolong kucing itu, tapi kesulitan menghampiri kucing hitam itu karena kendaraan lalu lalang tidak ada yang mau berhenti sejenak. Beruntung lewat seorang Bapak becak yang segera turun dari becaknya dan membantu menghentikan laju kendaraan agar Ibu penjual es itu bisa mengambil kucing hitam itu. Dengan penuh kasih sayang, sambil terus menangis Ibu itu mengelus kucing malang itu dan membersihkan darah yang bercucuran dari kaki dan badannya.

Kejadian tabrak lari kucing hitam dengan Ibu penjual es sebagai penolongnya mengingatkan kita akan musibah yang menimpa Yue Yue, seorang gadis kecil berumur 2 tahun, yang tertabrak mobil lalu dilindas mobil dua kali di China. Bayangkan saja, sebanyak 19 orang lewat begitu saja tanpa menolong anak balita yang sedang kesakitan tersebut. Akhirnya seorang wanita tua pemulung bernama Chen Yian Mei lewat dan mencoba mengangkat Yue Yue ke pinggir jalan agar lebih aman dan mencari pertolongan.

Mungkin inilah bukti kemerosotan moral manusia yang sudah mencapai titik nadir. Sepertinya sebagian orang telah kehilangan hati nuraninya. Akibatnya dapat dilihat berkurangnya kepedulian sosial terhadap lingkungan sekitarnya, kekerasan terjadi dimana-mana, konflik sosial yang tidak ada hentinya, pertikaian antar kubu, dan lan-lain.

Tidak bisa dipungkiri, di saat-saat seperti ini wong cilik atau masyarakat kecil justru menunjukkan kepedulian tinggi terhadap sesama, makhluk lain dan lingkungan sekitarnya. Karena itu saya sependapat agar pemerintah melalui kementerian sosial atau lembaga formal lainnya membuat sistem pemberian penghargaan kepada orang-orang yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi terhadap makhluk hidup maupun lingkungan. Semoga mereka bisa menjadi teladan bagi kita semua dalam memperbaiki moral manusia yang semakin merosot. Mereka mengingatkan kita semua agar lebih banyak memberi daripada meminta. Pepatah bijak mengatakan Tangan Di Atas Lebih Baik Daripada Tangan Di Bawah.

Posted in Kultur - Sosial | Tagged , , , | Leave a comment

Peran SI dalam Keunggulan Bersaing Perusahaan

Pada akhir proses pembelajaran mata kuliah Sistem Informasi Manajemen, mahasiswa diharapkan mampu mendeskripsikan kebutuhan informasi bagi manajer pada suatu organisasi bisnis.

Pertemuan pertama mata kuliah Sistem Informasi Manajemen membahas tentang organisasi, manajemen dan pengambilan keputusan. Selain itu juga membahas peranan Sistem Informasi dalam mendukung tercapainya Keunggulan Bersaing perusahaan.

Materi organisasi dan manajemen, me-review materi yang pernah dibahas dalam matakuliah sebelumnya. Diharapkan mahasiswa semakin memahami materi tersebut dan dapat memahami keterkaitannya dengan Sistem Informasi Manajemen dan peranannya dalam pengambilan keputusan dan keunggulan bersaing perusahaan.

Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan sumber daya organisasi secara efektif dan efisien.

Pengambilan keputusan merupakan suatu salah satu fungsi manajerial dalam organisasi dan merupakan hal penting dalam organisasi. Dalam proses pengambilan keputusan, manajer membutuhkan dukungan pengolahan data berupa informasi yang relevan, valid dan tepat waktu.

Peran Utama Sistem Informasi (Sumber: O'Brien, 2010)
Gambar 1. Peran Utama Sistem Informasi
(Sumber: O’Brien, 2010)

Perusahaan mengimplementasikan sistem teknologi informasi bertujuan mempertahankan eksistensi bisnis perusahaan dan menciptakan keunggulan bersaing dalam persaingan bisnis dengan para pesaingnya. Peran sistem informasi dalam mendukung perusahaan mencapai keunggulan bersaing terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu: keunggulan strategis, keunggulan taktis dan keunggulan operasional.

Modul materi Sistem Informasi Manajemen pertemuan 1 dapat diunduh berikut ini.

SIM_S1SI_Pert_01_STIKOM Surabaya

 

Posted in Kuliah | Tagged , , , | Leave a comment

Tips Sukses Kuliah

Perwalian di STIKOM Surabaya yang berlangsung dua hari tanggal 5-6 Februari 2013 sudah berakhir. Diantara sekian banyak mahasiswa wali, ada beberapa mahasiswa yang memiliki Indeks Kumulatif (IPK) diatas 3,50 bahkan ada yang mencapai 3,86. Nilai mereka 40% A dan tidak ada nilai C maupun C+.

Sudah beberapa tahun ini STIKOM Surabaya menerapkan perwalian online. Mahasiswa melakuknan perwaalian mandiri dan tinggal minta persetujuan kepada dosen wali. Inilah moment bagi dosen wali untuk bertatap muka dengan anak wali secara individu dan dapat berdisikusi dengan mereka. Dari diskusi dengan mereka, saya menangkap beberapa poin penting yang mendukung kesuksesan kuliah, yaitu:

1. Memiliki strategi.

Strategi tidak hanya dibutuhkan dalam berbisnis, tapi penting dalam kuliah. Mahasiswa ini sudah terbiasa membuat strategi pengambilan matakuliah. Mereka sudah mempelajari dan memahami prasyarat matakuliah, semester gasal atau genap, bobot sks, jadwal kuliah, dan lain-lain. Jadi mereka memetakan matakuliahnya, lalu menentukan sendiri mengapa MK ini diambil sekarang atau semester depan dengan memperhatikan waktu, kegiatan, kemampuan dan target nilai yang mereka ingin capai.

  1. Menghitung Indeks Prestasi.

Bukan rahasia lagi kalau ada mahasiswa yang belum bisa menghitung Indeks Prestasi semester ataupun kumulatif. Bahkan mahasiswa semester akhir masih minta tolong dihitungkan kira-kira IPK nya berapa.
Beda dengan mahasiswa dengan IPK tinggi. Selama menempuh studi, mereka sangat memperhatikan IPS dan IPK nya. Dalnilai MK yang diinginkan agar target IPK mereka tercapai.

2. Disiplin waktu.

Mahasiswa ini sangat disiplin dengan waktu. Kehadiran kuliah mereka rata-rata 13 kali dari 14 pertemuan yang dijadwalkan. Selalu tepat waktu baik kuliah apalagi ujian. Tidak pernah ada alasan terlambat karena alasan klise mahasiswa seperti lupa, ketiduran, ban bocor, sepeda motor mogok, kehujanan, dan lain-lainnya. Mereka selalu mengerjakan tugas yang diberikan dosen dan mengumpulkan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

3. Pergaulan.

Pepatah mengatakan kalau ingin sukses, berkumpullah dengan orang sukses.
Mereka berkumpul dengan teman-teman punya kemauan belajar tinggi. Hebatnya lagi, mereka bisa fair play dan jujur saat ujian. Menempuh kuliah sama, belajarnya bersama,  kerja kelompok bersama, tapi waktu ujian mereka kerjakan sendiri tanpa prinsip tempat duduk menentukan prestasi.

4. Kemauan diri.

Semua keberhasilan akhirnya kembali pada kemauan diri sendiri. Terbukti, mahasiswa yang terkena batas studi, ternyata bisa juga menyelesaikan studinya. Keterpaksaan dengan adanya acaman DO membuat mereka bekerja ekstra keras menyelesaikan studinya. IPS mereka ternyata bisa meningkat cukup tajam. Pada akhirnya mereka juga mulai was-was IPK nya hanya berkisar 2,00. Sayangnya, kenapa baru sekarang setelah sekian lama ‘tertidur’. Dampaknya sulit sekali mengejar IPK lebih tinggi karena sisa MK dan waktu yang tidak memungkinkan lagi.
Mahasiswa dengan IPK mempunyai kemauan diri tinggi sejak masuk kuliah. Mereka bisa memotivasi diri sendiri untuk rajin kuliah, belajar, mengerjakan tugas dan mempertahankan IPKnya. Luar biasa memang, bahkan ada yang punya target untuk lulus 3,5 tahun dengan predikat Cum Laude.

Saya yakin masih banyak hal-hal lain yang dapat dilakukan mahasiswa agar sukses dalam studinya. Namun apa yang sudah dilakukan dan dipraktekkan mahasiswa yang sukses memperoleh IPK tinggi, tentu saja dapat dicontoh untuk dilakukan. Semoga hal-hal di atas bisa menjadi tips bagi kesuksesan kuliah mahasiswa STIKOM Surabaya. Selamat belajar, selamat berkarya….

Stop saying I wish, Start saying I Will

Posted in Pendidikan | Tagged , | 4 Comments