3M (Mesin, Marketing, Manajer)
Apa maksudnya?
Pilih yang mana?
Bagaimana cara tahunya ?
Itulah pilihan yang diajukan oleh dosen kuliah S2 aku, Fajar Baskoro,S.Kom,MT.
Hmmmmm, susah jawabnya.
Filosofi yang harusnya diketahui oleh orang-orang yang terjun didunia IT. Apakah akan jadi Mesin(seperti komputernya), Marketing(hanya tahu luarnya lalu ngomong sok tahu dalamanya) atau jadi Manajer(yang mengatur/memprogram orang lain seolah kita memprogram komputer). Wow…..berat.
Bapak Fajar cerita kalo hidup didunia IT harus tahu filosofinya, mau jadi apa kita dengan ilmu IT yang kita ketahui selama ini. Karena hidup didunia IT melihat sesuatu harus sesuai dengan alur pembuatan program. Mulai dari project planning (mau bikin apa kita), definisi kebutuhan apa saja yang diperlukan, melakukan desain dari apa yang sudah didapat dari daftar kebutuhan, perancangan desain yang sudah dibuat, pembuatan program sesuai dengan desain yang disusun, testing programnya, kalo testingnya beres dan tidak ada error yang tampil baru bisa di implementasikan. Jika ada salah satu tahapan terlewatkan atau gagal dilaksanakan maka cerita selanjutnya akan berubah dari rencana awal.
Nah kalo kita selalu tegas menjalankan langkah tersebut satu persatu. Hanya mengerjakan program (coding) tanpa menghiraukan “alam lain” diluar coding yang kita ketahui maka kita akan jadi Mesin. Kalo sudah jadi mesin akan cepet sekali jadi tua karena seorang programmer murni pasti penampilan fisiknya tidak akan terlalu diperhatikan. Dia hanya tahu mengerjakan programnya supaya cepat selesai, dan dibayar sesuai perjanjian. Dia tidak akan sempat berpikir bagaimana cara mengembangkan jaringan pergaulannya supaya menjadi lebih luas dan menjadikan hidupnya lebih nyaman. Seorang IT mania yang programmer murni seperti itu akan menjadi orang pendiam atau sering disebut dengan “orang aneh”. Benar-benar mesin yang aneh (kalo mencomot istilah yang dipergunakan acara Extravaganza).
Marketing IT. Orang yang hanya sedikit tahu program, sedikit tahu jaringan, sedikit tahu seluk beluk komputer, sedikit tahu web tapi malah bisa bercerita banyak seolah-olah dia tahu segala-galanya tentang IT. Wah orang ini patut dipertanyakan keilmuannya masalah IT. Mungkin orang itu berasal dari ilmu sosial, atau ilmu sains tapi punya ketertarikan dengan masalah IT. Jadi dia sempatkan membaca-baca majalah-majalah IT, buka-buka site yang membahas tentang perkembangan peralatan IT saat ini dan dia menceritakannya pada tiap orang yang ditemuinya. Orang-orang seperti ini kebanyakan jadi Makelar komputer. Wah apalagi ini ?
Mungkin banyak orang-orang yang berada di dua area itu, Mesin dan Marketing IT. Tapi kalo Manajer bagimana? Wah ini mungkin impian tiap orang. Baik itu orang IT atau bukan. Seorang Manajer pastilah orang yang sudah mempunyai bekal ilmu yang cukup. Dia punya ilmu komputer yang cukup, dia punya ilmu sosial, dia punya ilmu sains. Dia memprogram semuanya seolah-olah dia memprogram komputer. Dia lakukan trial and error untuk semua program-program kerja yang dilakukannya. Tapi pastinya sulit untuk benar-benar menjadi seorang Manajer IT yang baik. Dia harus bisa melakukan compile program itu didalam kepalanya. Dia harus tahu kira-kira kesalahan berada dibagian mana dan bagaimana cara memperbaiki kesalahan itu dengan cepat. Wah…. Karena itu untuk menjadi Manajer IT yang baik kita harus dibekali ilmu-ilmu yang lain tadi. Karena manajer IT bukan memprogram komputer yang hanya mesin, tapi memprogram orang yang punya pikiran dan hati yang berbeda-beda. Seorang Manajer IT yang berhasil kebanyakan dia tahu pemrograman. Dia tahu cara membuat program yang baik. Dia tahu langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk membuat program yang baik. Alur kerjanya jelas, dan transparan. Semua kesalahan terlihat jelas dimana.
Nah dari semua uraian diatas, yang mungkin agak beda dari cerita aslinya dari yang diceritakan bapak Fajar, apa yang harus dipilih. Apakah saya mau menjadi Mesin, Marketing atau Manajer?
Yang mana yah? Pilihan yang susah. Tapi yang pasti saya memimpikan untuk jadi seorang Manajer yang baik. Saya sudah sempat merasakan bagaimana menjadi Mesin selama kuliah dulu. Hanya berkutat dengan coding program saja tanpa mempelajari ilmu yang lain. Saat ini mungkin saya berlaga di daerah Marketing. Karena yang pasti saya baru sedikit tahu hal-hal yang berhubungan dengan IT , belum benar-benar menjadi ahli, tapi saya harus mengajarkannya ke mahasiswa. Saya sempat menulis buku, saat ini sudah ada di toko-toko buku, tentang Microsoft Word 2007, yang baru saja di launching bulan Juni kemarin. Saya juga join di milis komunitas Access indonesia, dengan membantu teman-teman belajar dan saya juga belajar dari teman-teman yang lain. Jadi susah menjawabnya dengan pasti. Tapi yang pasti saya tidak mau kalo jadi Mesin.
Semoga saja dengan saya kuliah lagi ini dan mendapatkan ilmu-ilmu yang baru, saya dapat berpindah dari area Marketing untuk menjadi Manajer yang baik.
Amiiieeeeen.
Wah 3M (Mesin, Merketing, Manager), sulit juga ya, ibarat alamiah manusia yang serakah…maunya semua. Tapi jika refleksi ya manusia itu kombinasi ketiganya, atau kata lainnya 3M merupakan kesatuan utuh yakni proses yang terus menerus terjadi dalam kehidupan. Kadang kita harus jadi mesin yang ikut prosedur, lalu dengan inprovisasai kita dengan dunia lain,kita menggabungkannya. Jadilah Marketing, setalah memiliki wawasan dan link yang lumayan luas, kitya akhirnya jadi manager. Tapi itu tak berhenti, jika dapat ilmu baru, kita akan jadi mesin, marketing, dst. Ini adalah cycle bukan proses linier…:)
Iya juga sih setelah dipikir-pikir. Malah kita saat ini jadi ketiganya. Jadi mesin waktu kerja, jadi Marketing waktu ngjar dan berhubungan dengan orang-orang luar stikom dan jadi manajer kalo pas jadi panitia disuatu kegiatan. Wah gimana tuh ? Jadi mikir 🙂
Aku justru bertanya, darimana dosenmu itu menemukan 3M?
Apakah karena ada merk 3M lalu dibuat plesetannya ke profesi IT?
Kalau aku menempatkan diri dalam kotak 3M itu, kayaknya gak ada kotak yg pas.
Aku suka coding, tapi tdk lupa mesam-mesem ke orang cantik 🙂
Aku suka ngomongin IT, tapi juga suka ngomongin Nabi.
Kadang2 aku manage mesin+orang to reach the result, kayaknya semua orang mau gitu, tapi kok kurang asyik?
Nah, tinggal dasar apa yg digunakan pak Fajar utk mengelompokkan orang IT ke dalam 3M itu. Jangan sampai dia hanya ngarang2 seenaknya saja hanya utk menggunakan merk 3M hahahha… kasihan mahasiswanya… udah terlanjur percaya… mengharap jadi manager semua…. eh si pak Fajar justru gak tau konklusi real-nya :))
BTW, nduk, mending kamu ndang kawin aja…
jadi orang IT sekaligus istri tercinta dan ibu rumah tangga malah lebih asyik lho… noh tanya tuh sama kang Fajar, masuk kotak mana istri yg begitu 🙂
semoga tidak OOT
defect tidak dapat dihindari, karena itulah ada software maintenance 🙂
3M ya, koq seperti sebuah tingkatan ya.
sampai di tingkatan mana hidup kita (sebagai orang IT, khususnya)?
ttng percaya ato tidak, setiap informasi jika tidak salah ada proses validasi
sebelum di-klaim menjadi pengetahuan.