Sekolah 4

Kata ‘sekolah’ sebenarnya berasal dari bahasa Yunani ‘skhole’ yang artinya ‘waktu luang’. Jadi pada saat itu, orang-orang Yunani di tengah segala kesibukan mereka dalam bekerja, apabila mereka memiliki waktu luang maka mereka akan mengantar anak-anak menuju tempat yang namanya skhole ini untuk berdiskusi, belajar dan sebagainya. Dengan cara demikian saya membayangkan skhole adalah tempat yang sangat menyenangkan, tempat pertemuan yang ditunggu-tunggu disela-sela kesibukan sehari-hari.

Tapi mengapa ‘sekolah’ pada jaman ini menjadi sesuatu yang menakutkan dan membosankan? Sekolah (termasuk kuliah) saat ini menjadi semacam tempat penyiksaan dalam penjara yang tidak tahu kapan berakhir, sekolah saat ini menjadi semacam kewajiban tanpa tahu untuk siapa dan untuk apa dilakukan, bahkan bisa dikatakan sekolah adalah sebuah keterpaksaan. Tidak heran Roem Topatimasang menyebut dalam bukunya ‘sekolah itu candu’.

Lihatlah para orangtua dengan semangat 45 mendaftarkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah terbaik. Itupun dirasa belum cukup. Bagi mereka yang punya penghasilan lebih setelah pulang sekolah anak-anak mereka diwajibkan untuk mengikuti les matematika, les bahasa Inggris, les membaca, les berenang, les piano, de-es-be de-es-be. Sehingga jadwal putra-putri mereka dalam satu minggu pun penuh sebagaimana layaknya orang bekerja. Dan semua itu tadi harus ditambahi lagi dengan syarat bahwa semua harus ‘memperoleh nilai di atas rata-rata, kalau tidak AWAS!”.

Lalu dengan bangganya para orang tua menepuk dada ‘lihat tuh kesibukan anak saya luar biasa’ padahal dalam hati mereka berkata ‘sekarang mereka tidak lagi mengganggu aktifitas saya’. Alasan absurd lain lagi adalah dengan banyaknya keterampilan dan ilmu yang didapat sejak dari masa muda semua itu akan memperlengkapi mereka jika dewasa kelak untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, kaya, dan berpendidikan tinggi. Bukankah itu semua harapan orangtua? Sebuah harapan yang wajar-wajar saja, tidak aneh, toh semua juga berlomba-lomba seperti itu. Bahkan sampai-sampai menentukan jurusan dalam kuliah pun digariskan oleh orang tua sebagai penyandang dana.

Kita baca di koran-koran bahwa pada tahun 2010 saja ada terdapat sekitar 1 juta sarjana pengangguran, padahal jumlah siswa yang mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi di Indonesia ini hanya 4,6 juta orang. Lalu kita semua (orang tua, guru, dosen, siswa, mahasiswa) saling berpandang-pandangan dan bertanya satu sama lain “sekolah itu untuk apa?”

4 thoughts on “Sekolah

  1. Reply Yurike Magdhalena Oct 23,2011 7:57 pm

    hmmm…betul tuh Pak…saya juga heran sekarang sekolah2 makin dibuat susah >,,<

  2. Profile photo of jusak Reply jusak Oct 24,2011 11:29 am

    Kecuali di STIKOM, di sini sekolah itu menyenangkan. 🙂

  3. Reply Yurike Magdhalena Oct 24,2011 10:42 pm

    Betul sekali Pak :D. Ndak salah pilih saya milih STIKOM (^,^)/

  4. Reply school of applied science Oct 6,2016 11:35 am

    saya setuju pak, sekolah pada jaman ini menjadi sesuatu yang menakutkan dan membosankan. Belum lagi tugas yang monoton, saya sendiri lebih suka berdikusi dan debat dan terkadang ada yang dosen ato guru killer terkadang seperti dibuat” tp tidak semua dosen ato guru sih karena tetap pahlawan tanda jasa. Dulu saya pernah memiliki yang cara mengajarnya berbeda dari guru lain disekolah padahal pelajarannya sulit tetapi karena dibuat menyenangkan murid-murid lebih nyaman belajarnya

Leave a Reply

  

  

  

Skip to toolbar