BeYODe

Menggunakan Perangkat Sendiri Untuk Bekerja

Erwin Sutomo | STIKOM Surabaya | sutomo@dinamika.ac.id | blog.dinamika.ac.id/erwin

Beberapa waktu lalu saat menyelesaikan beberapa kegiatan di Yogyakarta, saya sempatkan mengakses pekerjaan di kantor melalui gadget yang saya gunakan. Ada perasaan nyaman dan praktis yang saya rasakan, bisa akses kantor dari manapun pikir saya saat itu. Ternyata telah banyak orang melakukan hal yang sama dengan saya, tidak terkecuali mahasiswa yang mengakses “kampus” dari perangkat bergerak mereka. Saya dan orang lain yang mengakses workplace masing-masing (buat saya pribadi) menjadi sebuah tren bergesernya perilaku bahkan mungkin sudah menjadi gaya hidup untuk bisa bekerja dimanapun. Satu hal yang menarik, saya dan orang-orang tersebut ternyata bekerja dari manapun menggunakan perangkat yang tidak disediakan oleh kantor alias dowe (bondo dewe/biaya sendiri) :D. Dengan menggunakan perangkat sendiri, ada rasa nyaman dan praktis, mungkin bagi orang lain hal ini sesuatu yang fleksibel, meskipun seharusnya perangkat bekerja disediakan oleh kantor. Bagi saya dengan menggunakan perangkat sendiri dapat merespon sesuatu yang berkaitan dengan saya secara cepat (mungkin bisa berbeda bagi orang lain).

Gambar 1 What you need to know before BYOD (courtesy of http://www.trackur.com)

Secara sengaja saya membaca sebuah hasil penelitian (tapi buat saya lebih sebagai hasil survey :p) yang dilakukan oleh Acorn Research, menunjukkan bahwa 76% dari 150 responden asal Indonesia merasa harus didukung oleh perangkat bergerak (mobile) dalam bekerja. Sembilan dari sepuluh responden mengaku membawa perangkat pribadi untuk bekerja. Masih menurut penelitian tersebut, saat menggunakan teknologi yang mereka pilih sendiri untuk bekerja, 80% responden mengatakan dapat lebih cepat merespon perubahan. 78% dapat bekerja lebih efisien saat tidak dikantor; dan 73% lebih efisien dalam menyelesaikan tugas. Terkait tempat bekerja, 63% memilih tempat kerja yang mengijinkan mereka membawa perangkat pribadi untuk bekerja.

Gambar 2 The real cost of BYOD (courtesy of http://chrisjpowell.com)

Hal tersebut merupakan tantangan bagi departemen TI (bahkan mungkin pengelola dan pemilik perusahaan) untuk memperhatikan serta mengelola fenomena tersebut. Gaya bekerja melebur dengan gaya hidup saat ini. Keragaman lanskap (platform, aplikasi, komunikasi dan kolaborasi) end-user harus dapat dikelola departemen TI dengan baik. Menurut saya, jika hal tersebut tidak dikelola dengan baik, jangan salahkan karyawan apabila mencari solusi sendiri (seperti kasus penyerangan LP Cebongan :D). Hal tersebut membuat resiko keamanan data perusahaan menjadi lebih rentan. Memperhatikan hal tersebut, merupakan tugas departemen TI untuk meminimalkan resiko terhadap (bisa jadi) hilangnya data penting atau resiko terhadap isu kepatuhan (compliance) karena sudah menjadi tugas departemen TI untuk menjaga keamanan dan integritas informasi penting perusahaan. Penerapan sebuah kerangka kerja IT Governance bisa digunakan untuk  menghasilkan kebijakan-kebijakan formal untuk meminimalkan atau bahkan menghilangkan resiko yang bisa muncul.

Istilah keren untuk tulisan saya diatas adalah bring your own device (BYOD / be-yo-de), saat karyawan dapat menggunakan perangkat pribadinya untuk akses jaringan kantor, atau ketika karyawan diijinkan membawa perangkat pribadinya ke tempat kerja. Bisa jadi antara urusan kantor dengan urusan pribadi menjadi 11-12 (sebelas dua belas – beda tipis).

Kekhawatiran yang bisa muncul, ketika karyawan ber- be-yo-de, perusahaan menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang sangat efisien sehingga perusahaan membiarkan saja, toh perusahaan tidak perlu repot menyediakan perangkat untuk karyawan  bekerja J. Jika hal tersebut tidak diimbangi dengan apresiasi atau bahkan mungkin “subsidi” bagi karyawan, semakin lama karyawan akan lebih asyik mengerjakan pekerjaan pribadinya di kantor daripada mengerjakan pekerjaan kantor :D.

wong saya bawa modem sendiri, jaringan kantor lemot mas, email dari unilever mental orangnya marah-marah karena berkasnya gak bisa dikirim ke kita”, “walah mas, mending akses pake hapeku, lebih enak gini, toh pulsa internetku dikaver kantor, kerjaan beres aku juga gak ribet”, dua komentar yang sempat saya denger dari teman saat keduanya ber-be-yo-de.

tulisan versi cetak : Saya dan BYOD

8 Responses to BeYODe

  1. syamsuri says:

    Infonya bagus sekali, terima kasih

  2. Mantap.. Let’s school , go to school. Mari sekolah, Ayo Kuliah… Keep Spirit!!!

  3. nisa says:

    BYOD di kelas pas materi langsung download boleh nih, pak? 😀

  4. Musliadi KH says:

    Salam kenal dari saya
    Apa kita memiliki software UDK yang lengkap.
    jika ada apa bisa berbagi dengan saya.
    Hubungi saya untuk lebih lanjutnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Skip to toolbar