Sabtu, 9 Juni 2018
“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” – 1 Tesalonika 5:18
Suatu ketika ada seorang ibu yang rumahnya langsung berseberangan dengan pintu masuk RS John Hopkins Baltimore. Ibu ini tinggal di lantai dasar dan menyewakan kamar-kamar rumahnya yang di lantai atas pada para pasien yang datang ke klinik itu. Suatu hari ada orang yang mengetuk pintu. Saat dibuka, tampak seorang pria dengan wajah yang benar-benar buruk sekali rupanya. Tubuhnya bungkuk dan badannya sudah penuh dengan keriput. Tapi yang mengerikan iala wajahnya. Begitu miring dan besar sebelah akibat bengkak yang dialaminya, merah dan seperti daging mentah. Tapi suaranya begitu lembut menyenangkan ketika ia berkata,
Pria : Selamat malam. Saya kemari untuk melihat apakah anda punya kamar hanya buat semalam saja. Saya datang berobat dan tiba dari pantai Timur, dan ternyata tidak ada bis lagi sampai esok pagi. Saya sudah mencari kamar sejak tadi siang, tapi tanpa hasil. Saya rasa mungkin karena wajah saya. Saya tahu kelihatannya memang mengerikan, tapi dokter bilang bahwa dengan beberapa kali pengobatan, muka saya bisa sedikit lebih baik.
Sesaat ibu ini ragu, tapi kemudian kata-kata selanjutnya menenteramkan dan meyakinkan ibu ini.
Pria : Oh ya, saya bisa koq tidur di kursi goyang di luar sini, di beranda samping ini. Toh bis saya esok pagi juga sudah berangkat.
Ibu ini lalu mencarikan ranjang buat dia untuk beristirahat di beranda. Setelah selesai, ibu ini mengundang pria tua itu, kalau-kalau ia mau ikut makan.
Ibu : Pak, maukah anda makan masakan saya yang seadanya?
Pria : Wah terima kasih. Tapi saya sudah bawa cukup banyak makanan.
Dan pria ini pun menunjukkkan sebuah kantung kertas cokelat. Selesai mencuci piring, ibu ini keluar mengobrol dengan pria itu, dan ibu itu tidak butuh waktu lama untuk akhirnya mengerti bahwa orang tua ini memiliki hati yang terlampau besar untuk dijejalkan ke tubuhnya yang kecil ini. Pria ini bercerita bagaiamana ia menangkap ikan untuk menunjang hidup kelima anak-anaknya, dan juga istrinya, yang ternyata telah lumpuh selamanya akibat luka di tulang punggung. Pria ini meneceritakan hal-hal tersebut buka dengan berkeluh kesah dan mengadu, malah sesungguhnya, setiap kalimat selalu didahului dengan ucapan syukur pada Allah untuk suatu berkat yang ia peroleh.
Ia berterima kasih bahwa tidak ada rasa sakit yang menyertai penyakitnya, yang semacam kanker kulit. Ia juga bersyukur pada Allah yang memberinya kekuatan untuk bisa terus maju dan bertahan. Keesokan harinya pria ini pamit untuk pulang sambal berkata:
Pria : Terima kasih banyak atas kebaikan hati ibu. Saya sungguh bersyukur sekali dapat ditolong oleh ibu dan keluarga di sini.
Ibu : Bapak keliru pak. Bukan bapak yang harusnya berterima kasih, namun sayalah yang harusnya berterima kasih kepada bapak, karena bapak telah menyadarkan saya arti dari mengucap syukur yang sebenarnya. Saya menyadari bahwa di tengah-tengah kesulitan yang bapak hadapi, tidak sekalipun bapak mengeluh, namun bapak tetap mengudcap syukur.
Sobat Talenta, mari belajar untuk mengucap syukur dalam segala hal, karena orang yang tidak pernah puas terhadap segala sesuatu, tidak akan pernah mengucap syukur. Namun orang yang dapat mengucap syukur akan menemukan kepuasan yang sejati di dalam hidupnya. Bagaimana menurut anda?
Sumber: Renungan Inspirasi Talenta
You can leave a response, or trackback from your own site.