RSS
 

Penantian Panjang

01 Jan

 

Bisa dibilang, usia pernikahanku relatif terlambat. Aku menikah di usia 31 tahun dan istriku berusia 26 tahun. Aku berpikir, keterlambatanku ini bisa aku tebus dengan cara memiliki anak dua atau tiga dalam waktu relatif cepat. Sebab jika tidak, usiaku semakin merangkak naik. Aku tak ingin, kelak anak-anakku melihat bapaknya seperti kakek-kakek.Tapi sayang usahaku berbeda dengan ketentuan Tuhan. Hampir satu tahun istriku belum juga hamil. Aku sudah berkali-kali ke sejumlah dokter, bidan, bahkan tukang pijat agar kami segera punya momongan.Tapi hasilnya nihil. Aku semakin cemas ketika mendapat informasi dari koran dan internet yang mengatakan bahwa pasangan yang belum dikaruniai momongan dalam waktu satu tahun sejak menikah, bisa dikatakan mandul.

Sebenarnya, sampai di usia ke delapan bulan pernikahanku, istriku berkali-kali telat menstruasi. Namun setelah konsultasi ke dokter, hasilnya negatif. Istriku tidak hamil! Sampai di usia pernikahan satu tahun, istriku kembali mengalami telat menstruasi. Saat itu aku sedang berada di Kediri untuk memperdalam kemampuan Bahasa Inggris. Aku kembali menyarankan dan mengajak istriku untuk periksa ke dokter saat aku pulang liburan.Tapi istriku bergeming. Alasannya, dia tidak mau kecewa lagi ketika dokter mengatakan negatif. Dia memilih membiarkannya. Dua hari berikutnya aku putuskan untuk kembali ke Kediri.

Tiga hari di Kediri aku ditelepon istriku. Dia memberi kabar bahwa dia kembali mendapatkan menstruasi, tapi keadaannya tidak seperti biasa. Darah mesntruasinya tidak lancar dan menggumpal. Aku sarankan ke dokter. Beberapa jam berikutnya, dia telpon kembali. Kali ini dia menangis karena dokter mengatakan bahwa dirinya positif hamil. Tapi sayang, dia terlambat sehingga mengalami keguguran!

Hal yang membuat aku menyesal  adalah ketidaksigapanku dalam melihat kondisi kandungan istriku. Aku setali tiga uang dengan istriku. Aku terlalu larut dalam pengalaman masa lalu. Meski beberapa kali telat menstruasi, tetap saja dokter menyatakan negatif. Alasan itu yang membuat kami membatalkan periksa ke dokter sejak dini. Aku juga sangat menyesal karena tidak bisa menemani istriku saat dia berjuang sendirian mengatasi masalahnya, baik secara fisik maupun psikis. Dia mengurus dirinya sendirian saat memeriksakan kandungannya.

Di rumahku sebenarnya ada ibuku, tapi usianya sudah terlalu tua. Istriku juga tidak mau merepotkan beliau. Karena itu dia memutuskan untuk pergi ke dokter dengan mengendarai sepeda motor.  Sendiri. Aku bisa membayangkan bagaimana istriku harus berjuang sendirian, termasuk dalam mengendalikan psikisnya. Kenyataan ini adalah pukulan yang sangat berat baginya. Betapa tidak, sudah lama dia bermimpi mempunyai momongan, tapi giliran dipercaya Tuhan, malah keguguran. Dia merasa sangat berdosa karena tidak mampu menjaga amanat Tuhan.

Setelah dikabari seperti itu, besoknya aku pulang. Tentu tujuan utamaku adalah untuk menenangkan dirinya agar tidak larut dalam kesedihan. Sambil berurai air mata, dia menunjukkan test pack (alat tes kehamilan) yang berisi tanda positif hamil  dari dokter kepadaku. Alat itu disimpan rapi. Setiap kali melihat hasil itu, dia selalu tidak bisa membendung airmatanya. Aku sebenarnya tak kuasa melihatnya, tapi aku harus tampak tegar ketika tahu dia menangis. Karena jika tahu aku cemas, tentu keadaan semakin runyam. Atas kejadian ini, aku berjanji dalam hati, jika suatu ketika istriku hamil lagi, aku harus menemani sampai dia melahirkan!

Hampir dua tahun dari kami menikah, istriku belum juga hamil. Banyak hal yang aku lakukan agar istriku bisa hamil lagi. Selain ke sejumlah dokter, bidan, dan tukang pijat, aku juga menyarankan istriku untuk mengurangi jam mengajarnya. Selama ini dia mengajar di sebuah SMP dan SMA. Sedangkan di lembaga nonformal, dia mengajar di  beberapa lembaga bimbingan belajar. Aku sarankan untuk mengajar satu sekolah saja. Sementara di lembaga bimbingan belajar dihentikan. Aku berpikir istriku kecapekan sehingga sulit hamil.

Di sisi lain, aku juga berusaha untuk menstabilkan kondisi kesehatanku. Aku berpikir, siapa tahu ini juga dari diriku. Mungkin ada organ tubuhku yang tidak stabil atau tidak sehat sehingga mengurangi kualitas spermaku. Apalagi, dua bulan pasca menikah aku mulai kuliah S2 Media dan Komunikasi di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Setiap selesai mengajar di Madrasah Aliyah Bilingual Krian dan beberapa kampus swasta di Surabaya dan Pasuruan, aku langsung berangkat kuliah. Jarak yang kutempuh kurang lebih 35 kilometer dari rumah.

Setiap perjalanan kuliah ke Universitas Airlangga memakan waktu rata-rata lima jam. Mulai pukul empat sore sampai pukul sembilan malam, bahkan beberapa dosen kadang memulangkan mahasiswanya lebih dari jam tersebut. Biasanya, sampai di rumah pukul 10 hingga 11 malam. Barangkali aktivitas-aktivitas itu yang menjadi salah satu pemicu istriku sulit hamil. Aku banyak browsing di internet untuk mencari tahu penyebab dan cara-cara tepat untuk bisa segera hamil.

Sampai suatu ketika dokter kandungan menyarankan agar uji sperma di laboratorium. Aku langsung mengiyakan, meski banyak para suami yang enggan memeriksakan spermanya karena tidak mau dianggap kurang jantan akibat spermanya tidak berkualitas. Tapi,  aku tidak pernah berpikir sejauh itu. Bagiku, semakin mengetahui permasalahanku ataupun istriku, jalan keluar untuk bisa hamil semakin lebar. Hasil dari uji labaratorium menyebutkan bahwa jumlah spermaku sebanyak 16,5 juta lebih. Menurut dokter (juga informasi yang aku dapat di internet), untuk bisa membuahi sel telur, sperma harus berjumlah antara 15 juta hingga 21 juta. Artinya, jumlah spermaku masih tergolong bagus. Sementara istriku selalu diminta mengonsumsi vitamin dan pil kesuburan dari dokter. Meski sebenarnya, menurut dokter, kandungan istriku tergolong subur. Tapi nyatanya, kondisi pasangan yang terbilang bagus saja tidak cukup. Aku berpikir ada hal lain yang membuat istriku belum juga hamil. Ya, kami harus lebih dekat lagi dengan Tuhan!

Lamanya istriku tak kunjung hamil membuat para tetangga di lingkungan tempat tinggalku bertanya-tanya. Bahkan tak sedikit yang meledek, meski aku tahu mereka sebenarnya memberi semangat kepada istriku. Aku berpesan kepada istriku, jika banyak yang bertanya, maka jawablah “Mohon doanya!”. Kata itu yang selalu dia ucapkan saat ditanya para tetangga, teman kantor, muridnya, keluarga jauh, atau siapapun yang bertanya. Aku juga melakukan hal yang sama saat ditanya orang-orang, termasuk teman-teman kantor maupun teman-teman kuliah. Aku berpikir, pasti satu di antara mereka doanya dikabulkan Allah. Semakin banyak yang mendoakan, semakin banyak pula peluang untuk dikabulkan.

Di sisi lain, aku juga menyempatkan renang, lari, menghindari mandi air hangat, hingga mengganti celana dalam yang ketat menjadi celana boxer. Dari sisi spiritual aku meminta maaf kepada semua temanku yang kuanggap punya hubungan dekat seperti, mantan pacar, TTM (teman tapi ‘mesra’), perempuan yang pernah pernah kutolak cintanya, serta teman-teman pria yang pernah kuledek “tidak jantan” karena istrinya belum juga hamil.

Dua tahun lebih dua bulan usia pernikahan kami, istriku telat menstruasi lagi. Kali ini dia tidak ingin menyia-nyiakan seperti pengalaman sebelumnya. Aku langsung membeli test pack untuk segera mengetahui hasilnya. Meski penuh semangat untuk melakukan tes, tak urung istriku berdebar-debar juga. Dan.. puji syukur Alhamdulillah kupanjatkan kepada Allah. Test pack yang kuberikan padanya menunjukkan tanda positif. Istriku girang tidak karuan. Dia menangis haru. Untuk memastikannya, istriku kuajak ke dokter dan bidan. Keduanya pun menyatakan positif hamil.

Pada usia kandungan dua bulan, istriku berniat menuntaskan nadzarnya yang belum diselesaikan. Dia pernah bernadzar puasa satu bulan penuh saat dia ujian skripsi masa kuliah dulu. Alasannya, sulit bagi mahasiswa untuk bisa lulus dari dosen penguji yang saat itu menguji dirinya. Dia bersyukur karena bisa melewati dengan nilai yang cukup bagus. Tentu saja nadzar itu baru bisa terbayar jika kondisinya dalam keadaan hamil. Karena untuk bisa puasa penuh, seorang perempuan harus tidak mengalami menstruasi. Bagi perempuan dewasa dan sehat, masa itu hanya bisa dialami saat dalam kondisi hamil. Lima belas hari istriku menjalankan puasa nadzarnya. Sayang, dia jatuh sakit. Puasanya pun harus dibatalkan untuk menjaga kandungannya agar tetap sehat.

Tekad istriku tetap bulat, dua bulan berikutnya kembali dia berpuasa mulai dari awal, satu bulan penuh. Alhamdulillah, akhirnya nadzar itu telah terbayar tuntas. Hari-hari selanjutnya, aku menunggu kehadiran sang bayi mungil yang selalu kami impikan dan tentu saja para keluarga, tetangga, teman, dan banyak orang yang selama ini kami minta untuk bantuan doanya.

Pada masa-masa ini, tiba-tiba aku diminta pimpinan kampus, tempatku mengajar, untuk melanjutkan S3 dengan biaya ditanggung kampus. Sebenarnya ini tawaran menggiurkan bagi seorang dosen, tapi aku ingat dengan janjiku bahwa aku harus menemani  istriku sampai melahirkan. Aku tidak mau kejadian buruk terulang kembali. Itu jauh lebih penting, pikirku. Alasan inilah yang kusampaikan kepada pimpinan sehingga dia bisa memahami.

Menjelang kelahiran, aku justru dilanda kesibukan. Tanggal 18 Mei 2011 aku sudah ada jadwal pergi ke Malang untuk mengikuti test TOEFL sebagai bekal jika nanti akan melanjutnya S3 pasca istriku melahirkan. Setelah berkemas dan hendak berangkat, tiba-tiba istriku mengalami pendaharan.Tidak sakit, katanya. Tapi aku tetap khawatir. Istriku kembali meyakinkan aku bahwa dirinya tidak apa-apa. Aku diminta untuk tetap berangkat tes. Sementara hatiku justru berkata lain. Aku merasa ada masalah serius dari kandungan istriku. Tanpa berpikir panjang, aku langsung membatalkan rencanaku, tanpa meminta pendapat istriku. Aku segera membawa istriku ke bidan terdekat. Hampir satu jam kami menunggu sang bidan. Sampai akhirnya, bidan mengatakan hal yang tidak kuharapkan.

“Detak jantungnya tidak terdengar,” kata sang bidan dengan membawa stetoskop di temani dua bidan pembantunya. Dia mengganti stetoskop lain. Kali ini dia sedikit melegakan aku dan istriku.

“Detak jantungnya masih terdengar, tapi sangat lemah,” kata bidan kemudian.

Menurut sang bidan, plesenta bayi ada di bawah, mendahului kepalanya. Selain itu, detak jantung bayi juga sangat lemah. Istriku juga banyak mengeluarkan air ketuban. Dia menyarankan agar segera di bawah ke dokter. Dalam gerakan cepat, aku langsung membawanya ke Rumah Sakit. Kali ini bersama kakakku yang beberapa saat kutelepon dengan membawa mobilnya.

Pihak rumah sakit mengatakan hal yang sama dengan bidan. Bahkan kali ini ditambah dengan informasi bahwa air ketubannya habis dan kering. Kepala bidan di Rumah Sakit tersebut memberikan dua opsi. Mencoba melahirkan dengan normal atau operasi caesar sambil menunggu dokter datang, Meski begitu, kepala bidan memberi  penjelasan bahwa kejadian seperti ini biasanya dilakukan operasi caesar. Menurutnya, ada dua faktor yang wajib operasi caesar bagi seroang ibu, yaitu plasenta di bawah mendahului kepala dan pinggul sempit.  Kejadian yang menimpa istriku adalah factor yang pertama. Maka tak ada jalan lain kecuali harus operasi caesar. Aku tidak mau terjadi sesuatu yang tidak kunginkan pada istriku.

Baru kali ini istriku mengalami operasi caesar. Air matanya langsung menetes. Aku cium keningnya saat terbaring di atas dipan rumah sakit sebelum dimasukkan ke dalam ruang operasi. Aku bisikkan di telinganya bahwa dia dan bayi yang ada dalam kandungan pasti baik-baik saja. Harus tenang dan menyerahkan semuanya pada Allah. Aku menunggu di luar bersama ibuku, serta bapak dan ibu mertuaku. Kami lama menunggu. Yang membuat aku semakin cemas adalah informasi dari perawat bahwa dokter bedah kandungan masih terjebak macet. Aku berusaha tenang dengan banyak berdoa.

Alhamdulillah, tepat pukul 9 pagi, 18 Mei 2011 akhirnya anakku lahir dengan sehat dan normal dengan berat 3 kilogram dan panjang 50 centimeter. Istriku juga dalam keadaan sehat meski kondisi tubuhnya sangat lemah. Bayi yang kami nantikan dan didoakan banyak orang itu akhirnya menghirup udara dunia. Dia aku beri nama Daffa Labib Al Faruq: pembela yang cerdas dan pembeda yang hak dan bathil. Kata banyak orang, kecerdasannya melebihi dari usianya. Semoga menjadi anak yang shaleh dan sesuai dengan makna namanya. Amien. (bahruddin)

 

 
 

Leave a Reply

 

 
  1. CantikCerdas

    January 3, 2016 at 2:40 pm

    Hallo mas Bahrudin , perkenalkan kami penyedia RokCelana Anak CantikCerdas salam kenal ya?

    Luar biasa kisahnya, keren

     
    • Profile photo of bahruddin

      bahruddin

      January 3, 2016 at 3:51 pm

      Salam kenal… terima kasih..

       
  2. Erwin Kotax

    January 11, 2016 at 1:12 pm

    Luar Biasa Pak Ceritanya… Inspirasi buat kita semua Pak…
    GBU.

     
    • Profile photo of bahruddin

      bahruddin

      January 11, 2016 at 2:42 pm

      Terimakasih win. Semoga menginspirasi.. hehehe 🙂

       
  3. Donnell

    January 11, 2016 at 1:14 pm

    After study a few of your blog posts on your website now, and that I certainly like the right path of blogging.
    I added it to my bookmark website number and will also
    be checking back soon.

     
  4. Www.Realhacks24.com

    January 12, 2016 at 1:25 am

    You must be a part of a contest for one of the greatest blogs on the
    net. I will recommend this website!

     
  5. Karri

    January 12, 2016 at 2:59 pm

    Hello! I simply would like to give a huge thumbs-up for your good information you have here on this article.
    I’ll be returning toyour website for more soon.

     
  6. jas pria in psd format

    January 26, 2016 at 7:28 pm

    I am curious to find out what blog system you have
    been using? I’m having some minor security problems
    with my latest website and I’d like to find something more risk-free.
    Do you have any recommendations?

     
  7. Manjakani Kanza

    January 29, 2016 at 10:37 am

    hari2an saya melayani konsultasi orang2 yang ingin memiliki momongan mas bahruddin,

    mau gak mau karna ini mata pencarian saya, saya perlahan terbawa ke dunia mereka yang susa memiliki anak, kesediahan mereka dan harapan mereka.

    sekarang saya malah menikmati pekerjaan saya, apalagi ketika mendapat informasi mereka yang berhasil program hamil dengan bantuan saya dan produk yang saya jual, seiiin Allah tentunya..

     
  8. tips belajar bahasa inggris

    February 16, 2016 at 11:51 pm

    You really make it seem so easy with your presentation but I find this topic to be actually something which I think
    I would never understand. It seems too complex and very broad for me.

    I am looking forward for your next post, I’ll
    try to get the hang of it!

     
  9. buy cheap madden nfl 16 coins ios

    March 2, 2016 at 5:49 pm

    youre looking sharp!

     
  10. Madden 16 Coins

    March 6, 2016 at 6:32 pm

    I respect your work.

     
  11. madden nfl 16 coins

    March 7, 2016 at 12:06 pm

    were so proud of you.

     
  12. Runescape Gold

    March 8, 2016 at 1:00 am

    Now you tell me she’s not a knock-out!

     
  13. cheap runescape gold supplier

    March 9, 2016 at 10:05 am

    this can be a very useful mmorpg website!

     
  14. Cheap MUT Coins

    March 10, 2016 at 8:07 pm

    No, I know.

     
  15. fiverr seo

    April 8, 2016 at 12:01 am

    I really enjoy the blog article.Really looking forward to read more. Cool.

     
  16. fiverr seo

    April 8, 2016 at 9:19 am

    Very informative article post.Really thank you! Fantastic.

     
  17. school of applied science

    October 5, 2016 at 11:23 am

    Wah kisahnya sangat menginspirasi, semangat berjuang dan tetap istiqomah. Cerita ini bisa dilihat dari kedua sisi pasangan, tidak ada yang saling menyalahkan malahan tetap saling mendukung dengan sabar menunggu si buah hati. Ditunggu update selanjutnya mas

     
    • Profile photo of bahruddin

      bahruddin

      February 21, 2017 at 11:14 pm

      heheheh… amin semoga saya bisa konsisten. tulisnnya bisaa bermanfaat dan menginspirasi masyarakat.. Amiin ya Allah..

       
  18. irmayanti

    June 6, 2017 at 9:21 am

    Luar biasa sekali ceritanya pak, saya sangat terharu ketika membacanya dan sangat inspiratif

     
 
Skip to toolbar