RSS
 

Ramadhan dalam Dimensi Komunikasi Intrapersonal

12 Aug


Berbeda dengan bulan lainnya, Ramadhan merupakan bulan yang setiap gerak dan perbuatan melahirkan ibadah. Bahkan tidur pun diganjar pahala.

Dalam Hadist yang diriwayatkan Baihaqy dari kitabnya Su’abul Iman, dari Abdullah bin Abi Aufa, Rasulullah bersabda bahwa diamnya seorang yang sedang berpuasa merupakan tasbih, tidurnya adalah ibadah, doanya dikabulkan, dan amalan baiknya dilipatgandakan.

Tak heran bila kesempatan ini digunakan sebaik-baiknya oleh seluruh umat Islam di dunia.  Selain  puasa, sebagian besar umat Islam memanfaatkan waktunya untuk melakukan ibadah-ibadah lain seperti shalat tarawih, tadarrus quran, sadaqah, zakat, dan lain sebagainya. Ibadah-ibadah tersebut tidak hanya mudah dijumpai di masjid-masjid dan mushalla-mushalla, tetapi juga kerap dijumpai di di kantor-kantor,  bus,  pasar, serta di tempat-tempat publik  lainnya.

Fenomena yang tak lazim dilakukan di bulan selain Ramadhan itu adalah wujud dari intensitas seseorang dalam melakukan  komunikasi intrapersonal. Jenis komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapersonal oleh komunikator.

Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Islam menyebutnya sebagai muhasabah (evaluasi diri). Sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Turmudzi, dari Syadad bin Aus r.a., Rasulullah saw bersabda bahwa orang yang pandai adalah yang menghisab (evaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian.

Seorang tabiin terkemuka, Maimun bin Mihran mengatakan bahwa seseorang tidak dikatakan bertakwa hingga menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri. Baginya salah satu ciri orang yang bertakwa adalah orang yang senantiasa mengevaluasi amal-amalnya (Muhammad Bugi: 2007).

Komunikasi intrapersonal penting bagi eksistensi seorang manusia, terutama dalam menghadapi persoalan-persaoalan hidup serta meningkatkan diri sebagai manusia yang berkualitas. Dengan sering berkomunikasi dengan diri sendiri, maka seseorang akan lebih mengenal siapa dia sebenarnya. Lebih dari itu, dengan mengenal diri sendiri maka dia akan mengenal siapa yang menciptakan dirinya.

Dalam Hadits qudsi disebutkan Man arafa nafsahu, faqad arafa rabbahu (Barang siapa mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya). Karena itu tidak berlebihan apabila seseorang yang mampu melakukan komunikasi dengan diri sendiri secara intensif atau mengevaluasi diri dalam waktu tertentu, khususnya dalam wujud berpuasa Ramadhan, Allah akan mengganjarnya sebagai orang yang bertaqwa (Q.S. Al Baqarah:183). Artinya, taqwa berarti mensucikan jiwa (tazkiyyah-nafs) dari kotoran & kemaksiatan. Tentu saja untuk mencapai taqwa, puasa dalam ramadhan harus dilakukan secara sepenuh hati dan keimanan yang mendalam. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari yang berbunyi:  Man shama ramadhana imanan wahtisaban ghufira lahu ma taqaddama min dzanbih (Siapa yang berpuasa ramadhan dalam keadaan beriman dan mengevaluasi diri,  dosanya yang silam akan diampuni)

Secara eksplisit Allah mendefenisikan orang yang bertaqwa (muttaqin) dalam surat Al Baqarah ayat 3-5  bahwa orang yang bertaqwa adalah  mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian zakat. Mereka juga beriman kepada Al Quran yang diturunkan Muhammad dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya, serta yakin akan adanya akhirat. Karena itu Allah menjanjikan petunjuk dan keberuntungan bagi mereka.

Ayat tersebut menunjukkan bahwa dengan menjadi muttaqin maka akan berdampak pada kekuatan mental, kedisiplinan, amalan-amalan yang bersifat sosial, ketebalan iman, dan perilaku yang baik. Lebih dari itu, Tuhan berjanji akan memberikan  petunjuk dan menjamin keberuntungannya. Ayat ini sekaligus menunjukkan bahwa intensitas ibadah dalam kerangka komunikasi intrapersonal tidak berarti membuat seseorang sibuk dengan dirinya sendiri dan menjauhkan dari lingkungannya, tetapi justru sebaliknya. Intensitas ibadah yang bersifat komunikasi intrapersonal akan berimplikasi pada toleransi dan kesejahteraan lingkungannya (Wallahu A’lam Bisshawab).

 
 

Leave a Reply

 

 
  1. erwin

    August 12, 2010 at 1:42 am

    dari individu ke sosial, ini yang tidak mudah pak 🙂
    mungkin individu dia dapet, tapi untuk ke sosial ? belum tentu
    ada retensi sosial yang mungkin berat buat seseorang,
    tapi kalo kumpulan orang dengan kesalehan individu mungkin terjadi,
    tapi kesalehan sosial, kembali pada tiap individu,
    mau tidak berbagi … 🙂

     
    • Profile photo of bahruddin

      bahruddin

      August 13, 2010 at 9:34 am

      Thanks atas komentarnya pak.
      Pak Erwin betul…. Namun yang perlu digarisbahi adalah jika ada individu yang dekat dengan Tuhan (gemar ke masjid, puasa senin kamis, dll) , tapi sisi sosialnya koq buruk? Itu berarti “kedekatannya” dengan Tuhan perlu dipertanyakan. Karena semakin seseorang dekat dengan Tuhan semakin kuat sifat profetiknya (kenabiannya). Begitu kira-kira pak he..he..

       
  2. Profile photo of cakaziez

    cakaziez

    August 18, 2010 at 3:58 am

    artikel yang bagus bos, ini perlu sebuah pengaturan komposisi simetris dan titik keseimbangan yang menuju pusat, agar tercapai habluminallah dan habluminanaas (betul nggak tulisannya.. >.<)

     
    • Profile photo of bahruddin

      bahruddin

      August 18, 2010 at 4:00 am

      Butul-butul-butul….he..he… Thank’s for your comment…

       
  3. nikon d7000

    December 23, 2010 at 11:20 am

    salam kenal mas….

    keliatannya saya telat ngucapin selamat ramadhannya

    🙂

     
  4. singer

    February 8, 2011 at 3:57 am

    yang jelas lebih mudah ngomong dr pada prakteknya

     
  5. andriyan

    June 18, 2011 at 7:48 pm

    yang paling utama kedekatan dengan Tuhan dari dalam ( hati ), baru diikuti oleh tindakan dan usaha ^_^

     
  6. Logan airport parking

    August 24, 2011 at 6:11 pm

    i am from Russia and I can’t speak english quite good, but this post is really useful.

     
    • Profile photo of bahruddin

      bahruddin

      August 26, 2011 at 2:54 pm

      tanks for appreciate..

       
  7. Cristen Jank

    September 19, 2011 at 8:00 pm

    I really loved studying your site. It was very well wrote and easy to comprehend.

     
    • Profile photo of bahruddin

      bahruddin

      September 22, 2012 at 3:41 am

      thank’s for your appriciate

       
  8. tasbihcantik

    November 2, 2011 at 3:10 am

    komunikasi intrapersonal adalah kunci menghadapi persoalan-persoalan hidup, tetapi kenapa menjadi tdk relepan ketika kita dihadapkan dengan persoalan nyata didepan kita?!
    terkadang hasil perenungan individu tidak berbanding lurus dengan tindakan 🙂

     
  9. Rickey Pioli

    November 9, 2012 at 4:32 am

    Ramadhan dalam Dimensi Komunikasi Intrapersonal Mr. Bah is a great post. I will spend more time looking into this topic.

     
 
Skip to toolbar