Strategi Teknologi Industri Retail untuk Kembali Bersinar



Filed under : Technology

Badai tengah mengguncang bisnis retail dunia. Beberapa nama besar di bidang retail sudah mengumumkan penutupan gerai mereka. Business of Fashion mengabarkan bahwa Ralph Lauren secara resmi mengumumkan akan menutup gerainya di Fifth Avenue, NY. Padahal, lokasi tersebut merupakan simbol kebesaran merek Ralph Lauren.

Di Indonesia sendiri, beberapa peritel sudah dan akan menutup beberapa gerai, seperti 7-Eleven dan PT. Matahari Department Store. Menurut Nielsen, gerai-gerai tersebut terpaksa ditutup karena turunnya daya beli masyarakat, sedangkan menurut beberapa ahli, penurunan daya beli ini akibat terjadinya pergeseran pola konsumsi masyarakat dari good based consumption menjadi experience based consumption.

WALMART (Menjadi Perusahaan Digital)

Menyadari perubahan yang terjadi, Walmart membuat langkah berani dengan membuat platform e-commerce sendiri pada tahun 2009 yaitu Walmart Marketplace. Sejak saat itu, Walmart sudah menghasilkan berbagai layanan digital untuk keperluan belanja. Aplikasi mobile Walmart, mesin pencari dan Shopycat adalah beberapa diantaranya. Aplikasi Walmart dapat digunakan pelanggan untuk membuat daftar belanja dengan input suara, menawarkan kupon digital, penawaran tertarget dan melakukan navigasi dalam ruangan.

Salah satunya, Savings Catcher mencocokkan harga dari toko online lainnya dengan harga Walmart saat ini. Jika menemukan penawaran yang lebih murah, sistem mengeluarkan kupon sepadan dengan perbedaannya sehingga pengguna mendapatkan produk dengan harga terendah. Saat ini, pendapatan dari bisnis e-commerce menyentuh angka 3% dari total pendapatan Walmart.

Perubahan ke arah digital yang dilakukan Walmart dilakukan untuk menambah pengalaman pelanggan ketika berbelanja. Walmart secara aktif menggunakan data pelanggan untuk mempersonalisasi pengalaman berbelanja, memberi penawaran, kupon, rekomendasi produk yang lebih relevan, dan mempermudah checkout dan pembayaran.

ALIBABA (Dari Online ke Offline)

Alibaba melakukan hal berbeda, disaat banyak peritel beralih ke online, Alibaba justru menyasar pasar offline dengan membuka 60 kios sementara. Hal ini dilakukan mengingat baru ada 18% toko ritel di Tiongkok yang sudah online. Alibaba menyebut konsep ini sebagai New Retail, dimana ada integrasi proses belanja offline dan online.

Kios sementara tersebut memiliki magic mirror yang bisa digunakan oleh pelanggan untuk mencoba secara virtual. Untuk proses pembayaran, mereka menggunakan QR code yang terhubung dengan Alipay.

STARBUCKS (Membangun Keterikatan)

Dalam industri ritel makanan dan minuman, Starbucks adalah contoh terbaik. Pada tahun 2009, Starbucks membangun Starbucks Digital Ventures dan produk pertamanya adalah aplikasi mobile Starbuks. Aplikasi tersebut menyediakan sistem loyalitas digital yang mudah digunakan. Pelanggan bisa menukarkan poin loyalitas tersebut dengan produk-produk Starbucks. Program loyalitas baru ini menggantikan jenis keanggotaan kuno yang mengharuskan verifikasi nomor telepon. Hasilnya adalah lebih dari 12 juta pelanggan bisa digaet Starbucks di USA.

Inovasi digital lain yang diperkenalkan oleh Starbucks adalah Mobile Order & Pay (MOP). Pelanggan bisa memesan minuman terlebih dahulu dan membayarnya melalui aplikasi, dan mengambil pesanannya di toko. Sudah jelas, Pelanggan dan toko akan terbantu karena berkurangnya antrean dan waktu tunggu bagi pelanggan. Selain itu, Starbucks juga tengah mendorong pembayaran digitalnya dengan mempersiapkan peluncuran kartu prabayar Rewards dengan Chase Bank.

DOMINO’S PIZZA (Pioner Retail on Demand)

Merupakan salah satu pemain awal di era transformasi digital industri retail. Diantara inovasi digital Domino’s Pizza yang paling signifikan adalah program loyalitas Piece of the Pie Rewards dan Aplikasi mobile Point of Sales (PULSE).

Aplikasi PULSE memiliki berbagai macam fitur canggih seperti rute driver otomatis, pemesanan persediaan, pelacakan pizza, pemesanan pizza, dan pizza custom secara online. Dominos juga memiliki aplikasi Anyware yang  membuat pelanggan dapat memesan lebih dari tiga belas juta kombinasi pizza, menggunakan hampir semua perangkat, termasuk Smartwatch, TV Pintar, Google Home atau Amazon Echo. Layanan ini juga terintegrasi dengan layanan pihak ketiga, memungkinkan pelanggan untuk melakukan pemesanan menggunakan pesan teks, obrolan Facebook Messenger bahkan Twitter.

Perusahaan ini juga memperluas kemitraannya dengan perusahaan teknologi lainnya dan menguji teknologi eksperimental, termasuk pengiriman pizza menggunakan drone.

 

Dikutip dari : Husni, Afit. 2017. Oktober, Infokomputer.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a reply