Seberapa efisiennya robot? pertanyaa tersebut bisa dijawab sebuah pabrik di Dongguan, Tiongkok. Pabrik perakitan handphone ini sebelumnya mempekerjakan 650 pekerja. Namun setelah menggunakan robot, kini mereka hanya perlu mempekerjakan 60 pekerja saja, alias kurang dari 10%. Tiga pekerja bertugas mengawasi produc line, sedangkan sisanya bertanggung jawab di sisi sistem komputer.
Jumlah pekerja ini bahkan bisa berkurang sampai dua puluh orang saja setelah melihat efektivitas kerja robot tersebut, yang menarik produktivitas pabrik tersebut meningkat secara drastis. Jumlah produk yang dihasilkan meningkat 250%, sedangkan tingkat kesalahan menurun sampai 80%. Semua fakta tersebut menunjukkan, robot memang menawarkan efisiensi. Namun efisiensi tersebut juga harus dibayar dengan harga yang mahal, yaitu hilangnya pekerjaan kita.
Menurut studi yang dilakukan Carl Frey dan Michael Osborne dari Oxford University AS, makin matangnya teknologi robot, automasi dan artificial intellegence berpotensi menghilangkan 47% pekerjaan di AS dalam 20 tahun ke depan, untuk negara berkembang, efeknya lebih dahsyat lagi. Analisis World Bank di tahun 2016 memperkirakan sebanyak dua pertiga pekerjaan di negara berkembang terancam kelangsungannya akibat automasi.
Kekhawatiran juga disampaikan oleh Bill Gates. Pendiri Microsoft ini bahkan menyodorkan wacana pengenaan pajak bagi perusahaan yang menggunakan robot. “Ketika seorang pekerja mendapatkan penghasilan misalnya US$50 ribu, ia akan dikenai pajak penghasilan, pajak jaminan sosial dan lainnya, seharusnya ketika robot mengerjakan pekerjaan yang sama, pajak yang sama pun diterapkan”. Pajak yang didapat tersebut kemudian dialokasikan untuk membiayai pendidikan anak dan perawatan manula, dua sektor yang sangat membutuhkan empati manusia. Pengenaan pajak juga bisa menjadi instrumen untuk mengerem laju perkembangan automasi. Ketika kemunculan robot dirasa akan membuat kerugian dibanding keuntungan, kita harus bisa meningkatkan tingkat pajak dan mengerem adopsi automasi.
Akan tetapi, banyak juga ilmuwan yang percaya robot dan manusia akan hidup berdampingan. Salah satunya adalah Profesor Manuela Veloso (Head of Machine Learning di Carnegie Mellon University AS). Dalam pandangannya, di masa depan akan sulit membedakan area yang ditangani manusia atau mesin. Namun baik mesin dan manusia akan saling membutuhkan dan tidak bisa bekerja tanpa bantuan. Hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah berinvestasi di sisi pendidikan. Robot akan makin canggih, tapi ketika kita fokus dengan pendidikan, peradaban manusia juga akan menjadi lebih baik.
Dikutip dari : Infokomputer, Maret 2017.
RSS feed for comments on this post. TrackBack URI