Ibarat sebuah pertempuran, media sosial adalah front dimana pemasar menghadapi situasi yang sulit diprediksi karena saking banyaknya variasi ancaman yang perlu diantisipasi. Inilah yang dinamakan ancaman Asimetrik, sesuatu yang belum banyak disadari oleh pemasar di Indonesia. Ancaman Asimetrik berwujud “serangan” di media sosial yang tidak umum dilakukan, terkadang diluar perhitungan. Pada umumnya, ancaman asimetrik di media sosial berasal dari pelanggan yang kecewa. Karakter media sosial yang terbuka dan ramai, menjadikannya pas untuk menumpahkan uneg-uneg kekecewaan tentang suatu produk atau perusahaan. Fenomena ini sering dinamakan sebagai fenomena “balas dendam” konsumen, yang mana konsumen ingin mendegradasi reputasi perusahaan akibat kegagalan produk atau komplain yang tidak di respon dengan baik.
Cara Menghadapai Ancaman Asimetrik di Media Sosial :
- Ancaman asimetrik yang dilakukan oleh pelanggan yang kecewa karena kegagalan produk atau komplain yang tidak direspon dengan baik. Solusinya adalah, diperlukan ketenangan dan kecermatan dalam merespon tipe ancaman seperti ini, admin perusahaan tidak boleh terbawa emosi dan hilang kesabaran ketika merespon situasi yang seperti itu. Perusahaan perlu membuat prosedur standar untuk menyelesaikan komplain tersebut secara profesional namun tetap mengedepankan asas kekeluargaan, dan jika diperlukan mempercepat prosesnya dengan memberikan kompensasi. Sekecil apapun nominal dari kompensasi tersebut akan sangat dihargai oleh pelanggan yang kecewa. Ini selaras dengan rumus lebih murah mempertahankan seorang pelanggan daripada mendapatkan satu orang pelanggan baru.
- Ancaman asimetrik dari aktivis, yang biasanya berbentuk kampanye media sosial yang inovatif, kreatif dan berpotensi viral. Aktivis memiliki variasi strategi yang lengkap dan terstruktur, mereka juga punya kekuatan jaringan yang memungkinkan untuk melakukan “penyerangan” asimetrik secara terkoordinasi. Untuk menghadapi situasi seperti ini admin perusahaan harus siap merespon dalam jangka panjang. Selain itu juga diperlukan respon dengan tingkat inovasi dan kreativitas yang setara dengan apa yang dilakukan oleh para aktivis tersebut. Namun yang terpenting, perusahaan harus memperbaiki kesalahan yang menjadi sumber protes para aktivis tersebut.
- Ancaman berikutnya datang dari para kompetitor, biasanya dilakukan dengan mengeksploitasi kelemahan dari produk atau strategi pemasaran perusahaan. Dalam melakukan aksinya, kompetitor biasanya akan menggandeng konsultan dan agensi atau bahkan mendorong pelanggan mereka yang loyal untuk membantu. Untuk menghadapinya, perusahaan perlu menyiapkan admin media sosial yang bisa aktif terlibat dalam diskusi yang ada, termasuk menjadi narasumber yang kompeten dan kredible dalam setiap diskusi yang relevan dengan perusahaan di media sosial.
Uraian-uraian tersebut diatas bisa dijadikan sebagai referensi awal untuk membuat sebuat sistem pertahanan dari ancaman asimetrik di media sosial.
Dikutip dari : Mahardika, H., Marketing, 2015
saya kira, ini kembali lagi kepada pembuat produk tersebut, mungkin seharusnya mereka langsung merespon secara cepat dan bijak terhadap para pelanggan yang tidak puas. diharapkan dengan demikian uneg-uneg para konsumen akan berkurang…
love this web. very nice, creative and interesting, so thanks for sharing and we look forward to posting more articles http://goo.gl/JrX73C dan http://goo.gl/ccjAUU
sepertinya ancaman yang ketiga paling banyak ditemui dalam berbagai kasus