UBER Dicintai Sekaligus Dibenci



Filed under : Bisnis

Marketing/Edisi4/XVI/2016

Kemajuan teknologi tak terelakkan. Teknologi melahirkan model bisnis baru termasuk bagi perusahaan layanan transportasi. Uber muncul sebagai pemain yang memanfaatkan teknologi untuk dapat menyediakan layanan transportasi masa depan. Bagaimana Uber bisa ada dimana-mana? dan menembus batas global?

Perusahaan seperti Uber mengubah wajah layanan transportasi. Dengan memanfaatkan aplikasi yang sangat mudah diunduh ke smartphone yang kini hampir dimiliki oleh semua orang, konsumen langsung terhubung ke Google Map sehingga mereka bisa melihat langsung dimana mobil terdekat, jarak tempuh, posisi dan lokasi pengendara, sampai memperkirakan waktu tempuh. Uber mampu mengatasi segala permasalahan yang dihadapi taksi konvensional, menawarkan tarif lebih murah, kualitas layanan lebih baik, waktu tunggu lebih singkat dan memberikan experience yang berbeda.

Uber Technologies, Inc. adalah perusahaan jaringan transportasi online multinasional Amerika yang berbasis di San Fransisco, California, AS. Perusahaan mengembangkan, memasarkan sekaligus mengoperasikan aplikasi mobile Uber, yang memungkinkan konsumen bisa memenuhi kebutuhan perjalanan/transportasi mereka, dengan memanfaatkan para pengendara yang punya mobil sendiri dan sudah tergabung dalam Uber. Uber didirikan pertama kali dengan nama “UberCab” oleh Travis Kalanick dan Garret Camp pada tahun 2009. Memasuki tahun 2012 Uber sudah melakukan ekspansi secara internasional. Dengan segala kemajuannya, tahun 2014 Klout menobatkan Uber sebagai perusahaan terkuat di AS urutan ke 48.

Uber kini sudah hadir disekitar 60 negara 300 kota diseluruh dunia. Sejak peluncurannya, banyak perusahaan yang meniru model bisnisnya, yang sekarang menjadi tren dengan nama “Uberification”. Salah satu fenomena yang muncul akibat tren ini adalah bermunculannya perusahaan-perusahaan yang menganut Sharing Economy, termasuk Uber.

Sharing Economy adalah suatu ekosistem bisnis yang bersifat sosial dan sering kali berbasis layanan komunitas, dimana semua pihak bisa saling berbagi dan mengonsumsi semua sumber daya yang ada. Singkatnya, apa yang dimiliki oleh satu pihak bisa digunakan oleh pihak lain, tapi dengan sejumlah biaya tertentu. Aktivitas yang dilakukan dalam lingkungan sharing economy ini mencakup aspek-aspek seperti saling berbagi, saling bertukar, pemebelian kolektif, mengonsumsi sumber daya secara bersamaan, shared ownership, co-creation, daur ulang, re – distribution, sewa – menyewa, meminjam, berlangganan sementara dll.

Dengan menggunakan konsep tersebut Uber bisa menjadi salah satu perusahaan transportasi taksi yang tersebar di seluruh dunia meskipun tidak memiliki semua kendaraan (taksi). Model bisnisnya memungkinkan semua individu yang mempunyai kendaraan yang dianggap layak setelah dievaluasi bisa bergabung & menjadi pengendara Uber. Perjalanan Uber memang tidaklah mulus, diberbagai negara banyak menuai kritik dan protes tetapi bukan lantaran buruknya layanan mereka, tetapi dianggap sebagai ancaman serius terhadap transportasi lokal, masalah lainnya yaitu legalitas. Meskipun demikian, kekuatan Word Of Mouth lewat channel media sosial yang begitu powerful membuat Uber semakin bersinar.

Perkembangan teknologi memanglah tak bisa dibendung, inilah yang menjadi tantangan bagi perusahaan – perusahaan di seluruh dunia. teknologi melahirkan model bisnis baru untuk masa depan yang secara perlahan tapi pasti akan mengubah wajah bisnis di masa depan.

5 Responses to “UBER Dicintai Sekaligus Dibenci”

  1. mending pilih gojek aja dahh, buatan indonesia tuhhh

  2. rudy yeahh says:

    Sebenarnya kalo di kompakkan semua pake aplikasi bagus lhoo ? jadi ga adalagi pro dan kontra

  3. buah merah says:

    Ya begitulah, mudah2an uber bisa diterima

  4. Melani says:

    semoga ini akan menjadi lebih bermanfaat dan berguana buat para pembaca. saya sendiri sangat suka dengan informasi yang di tulis di atas

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a reply