Sore hari itu, hujan rintik-rintik mengiringi perjalanan pulang saya, dari kampus menuju jalan Kertajaya. Kebetulan melewati jalan Soekarno-Hatta, sekalian mampir ke BCA untuk transfer uang.
Sejak dari lampu ‘bangjo’ (abang ijo) perempatan jembatan dekat kampus, perjalanan mulai merambat karena banyak pengguna jalan saling mendahului agar terhindar dari hujan yang kelihatan akan semakin deras. Benar saja, sesampai di BCA, saya tidak bisa keluar dari kendaraan karena hujan mengguyur cukup deras.
Selagi menunggu hujan, tiba-tiba kaca kendaraan saya diketok oleh seorang Satpam. Ketika saya toleh, ternyata Bapak Satpam tersebut menawarkan payung kepada saya. Awalnya saya mengira Bapak Satpam mau mengantarkan saya ke ruang ATM. Ternyata bukan, Bapak tersebut menawarkan payung untuk saya gunakan. Saya sempat menolak karena kasihan kalau Bapaknya basah kehujanan gara-gara payungnya saya gunakan. Tapi Bapak Satpam tersebut dengan sopan dan penuh senyum “memaksa” saya untuk menerima tawarannya. Dengan berat hati saya menerima payung tersebut, dan menawarkan mengantarnya ke pos satpam. Tapi Bapak Satpam itu langsung berlari ke pos satpam tanpa menunggu saya keluar dari kendaraan.
Saya sungguh takjub dan salut dengan layanan Bapak Satpam tersebut yang begitu peduli kepada nasabah bank dimana dia bekerja. Bapak Satpam tersebut bahkan bersedia berbasah kuyup terkena hujan agar para nasabah tidak terganggu dengan hujan yang turun. Layanan yang sebenarnya tidak wajib dilakukannya. Kenapa? Karena layanan tersebut sudah diluar ekspektasi saya. Saya sebenarnya tidak berharap apalagi menuntut diberi layanan seperti itu. Apalagi saya hampir tidak pernah menemui Satpam semacam itu.
Bapak Satpam itu sudah memberi nilai tambah dalam layanan kepada nasabah bank dimana dia bekerja. Saya yakin Bapak Satpam tersebut memiliki sense of belonging yang luar biasa. Kesigapan, tanggung jawab dan ketulusan hati dalam melayani siapapun nasabah yang datang merupakan cerminan pelayanan dengan hati.
Peristiwa semacam ini kelihatannya simpel, tapi sadar atau tidak, layanan Bapak tersebut sudah tertanam dalam ingatan saya. Tanpa diminta, sayapun sudah menceritakan pengalaman ini kepada beberapa teman sehingga mereka jadi lebih suka pergi ke BCA cabang tersebut. Sekarang saya malah berbagi pengalaman ini dengan semua orang lewat tulisan ini. Bukankah hal seperti bisa menjadi media pemasaran yang efektif bagi suatu organisasi?
Bagaimana menurut pendapat Anda?