The Algorithm Method: Love in the Social Media Age
Saat menulis tulisan ini, sempat kaget juga bahwa media sosial bisa menjadi tempat percintaan di era digital :). Lebih terkejut lagi saat membaca artikel kompas female, yang menyatakan bahwa perempuan lebih pintar selingkuh. Judul tulisan ini sebenarnya sebuah acara diskusi yang diselenggarakan oleh Forbes pada 12 Maret lalu, yang isinya disadur oleh Kompas.
Tertarik menulis tulisan ini karena kedua berita tersebut, pada diskusiย yang diadakan Forbes, pada ulasan awal dibahas bahwa Facebook atau Twitter memungkinkan kita berhubungan kembali dengan pacar kita saat masih kuliah, menyampaikan “emosi” kita, atau menemukan pujaan hati melalui aplikasi mobile dating. Media sosial disamping memang untuk mempererat pertemanan ternyata bisa juga untuk hal lain yang lebih luas dari sekedar pertemanan,yaitu perjodohan. Bagi saya sih tidak ada yang salah asal digunakan secara benar dan sesuai konteksnya. ๐
Permasalahan yang muncul, tidak hanya karena medial sosial, tetapi apapun yang kita gunakan cenderung bermasalah saat kita tidak menggunakan dengan baik, ada sisi baik dan tidak dari apapun yang kita gunakan. Terkait dengan judul tulisan ini yang menyinggung media sosial dikaitkan dengan percintaan, ada sisi lain yang ternyata berakibat buruk. Seperti disampaikan oleh VIVAlife, berdasarkan survei American Academy of Matrimonial Lawyers, satu dari lima perceraian di Amerika Serikat disebabkan oleh jejaring sosial Facebook.ย Dikutip dari The Frisky, 80 persen pengacara perceraian melaporkan lonjakan jumlah kasus yang menggunakan media sosial sebagai bukti perselingkuhan pasangan.
Kebanyakan bukti yang diperlihatkan adalah foto-foto mesra yang menjadi penyebab percekcokan pasangan. Kasus lainnya, banyak pasangan yang menemukan dan berselingkuh dengan mitra mereka di masa lalu. Situs jejaring Facebook menempati peringkat atas penyebab retaknya rumah tangga di AS dengan 66 persen digunakan sebagai sumber bukti kasus perceraian. Kemudian diikuti MySpace dengan 15 persen, Twitter 5 persen dan lainnya sebesar 14 persen. Survei tersebut juga menemukan, sebanyak 20 persen petisi perceraian di Inggris menyalahkan Facebook sebagai ajang selingkuh pasangan.
Memang survei ini dilakukan di Amerika, tetapi dengan menjadi salah satu pengguna dan pemilik akun Facebook terbesar di dunia, hal ini sangat bisa terjai di Indonesia. Saya masih belum memiliki datanya, tetapi mungkin sudah ada yang melakukan survei :). Masih seperti yang saya kutip dari VIVAlife, Mark Keenan yang merupakan Managing director dari Divorce-Online mengatakan “Alasan yang paling umum adalah orang dengan mudah melakukan pembicaraan seksual dengan orang yang tidak seharusnya di jejaring sosial,”.
Salah satu selebriti yang cerai akibat Facebook adalah bintang ‘Desperate Housewives’ Eva Longoria. Ia menemukan suaminya, pemain basket Tony Parker terus berhubungan dengan seorang wanita di Facebook. “Semua orang berbagi hal-hal pribadi mereka di situs jejaring sosial dan membuka hal-hal yang sifatnya sensitif ke ruang publik,” Keenan menambahkan. Konselor perkawinan Terry Real menambahkan, sebagian orang menggunakan jejaring untuk menciptakan fantasi dan melarikan diri dari hubungan yang membosankan. “Tidak ada yang lebih menggoda dengan menciptakan dunia fantasi hingga akhirnya ketagihan untuk bertemu langsungย dengan orang yang Anda temui di dunia maya,” katanya. Menurutnya, masalah sebenarnya bukan terletak dari jejaring sosial tetapi hilangnya cinta dan perhatian dalam pernikahan.
Menarik juga, tetapi saya tidak mengajak Anda untuk anti media sosial, hanya mengingatkan saja bahwa teknologi apapun bentuknya, selalu seperti pisau bermata dua. ๐
Sebagai referensi, sekali lagi tidak untuk membentuk opini negatif terhadap media sosial, hanya untuk mengingatkan ada sebuah tulisan di VIVAlife yang terkait keburukan Facebook, silahkan lihat disini, yang dikarenakan perilaku pengguna itu sendiri. ๐ Dan mungkin berguna, sebuah tulisan Rahmat Arijaya, S.Ag., M.Ag. (Hakim Pengadilan Agama Cilegon โ Staf Khusus Dirjen Badilag Urusan LN) tentang “Mengapa Perceraian di Indonesia Meningkat?” tulisan dapat diunduh disini. Meskipun dalam tulisan itu tidak disinggung penyebab perceraian karena media sosial, tetapi ada penyebab ketiga tentang perselisihan terus-menerus antara pasangan juga menjadi penyebab perceraian. Hal ini biasanya dipicu oleh komunikasi yang buruk, ketidakdewasaan, kurangnya saling pengertian, dan lain-lain.
Media sosial cenderung membuat kita asyik dengan diri kita sendiri atau membuat kita cenderung tertutup bahkan dengan pasangan kita sendiri.
File tulisan Rahmat Arijaya : Mengapa perceraian di Indonesia meningkat
Artikel menarik mas, main main ke blog saya ๐
nice info gan mantabs deh pokoknya, semangat terus n pantang mundur ๐
ok mas bro ๐
[…] yang lama tidak saya kunjungi . Ada satu tulisan yang juga amsih terkait dengan tulisan saya yang ini. Tidak persis sama, tapi isinya masih saja tentang media sosial yang membuat alergi sebagian orang […]